Penipuan Berkedok Gmail Ancam Pengguna Internet, Kenali Modusnya

Ilustrasi-Gmail.jpg
(Pixabay/Diedry Ferman via Suara.com)

RIAU ONLINE - Pengguna internet harus meningkatkan kewaspadaan terhadap penipuan terbaru yang kian canggih. Para peretas menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan panggilan telepon dan email yang sangat meyakinkan, kemudian mencuri data pribadi, termasuk informasi perbankan.

Awalnya, korban akan mendapat panggilan telepon yang terdengar asli, diikuti email berisi tautan menuju laman web menyerupai laman resmi Google.

Jika tautan tersebut diklik, peretas dapat mengakses informasi sensitif korban, termasuk identitas dan data finansial.

Dalam laporan UNILAD, seperti dilansir dari Suara.com, Rabu 19 Februari 2025, Spencer Starkey, wakil presiden di perusahaan keamanan siber SonicWall, menyebut bahwa para peretas terus mengembangkan metode baru untuk melewati sistem kemanan.

"Serangan siber semakin berkembang, dan perusahaan teknologi harus sigap dalam menghadapi ancaman ini dengan pendekatan proaktif, termasuk pemantauan keamanan yang rutin dan respons cepat terhadap insiden," ujarnya.


Sebelumnya, pada Mei 2024, FBI bahkan mengeluarkan peringatan tentang penggunaan Ai dalam kejahatan siber yang membuat serangan lebih sulit dideteksi.

"Para peretas menggunakan AI untuk menciptakan pesan suara, video, dan email yang sangat meyakinkan guna menjalankan skema penipuan terhadap individu dan bisnis," ungkap Robert Tripp dari FBI.

Untuk menghindari menjadi korban, FBI menyarankan pengguna internet agar:

1. Waspada terhadap pesan mendesak yang meminta uang atau data pribadi.
2. Menggunakan autentikasi multi-faktor untuk melindungi akun.
3. Tidak sembarangan mengklik tautan dalam email mencurigakan.
4. Memastikan keaslian komunikasi digital, terutama jika menyangkut transaksi keuangan.

Dengan meningkatnya ancaman kejahatan siber berbasis AI, pengguna internet di Indonesia perlu lebih berhati-hati dan selalu memverifikasi informasi sebelum mengambil tindakan.