SF Hariyanto Kader PDIP Merapat ke Golkar, Pengamat: Politik Itu Etika, tak Pragmatis Semata

Salaman-Nundukkan-Badan-Kader-PDIP-Riau-SF-Hariyanto-Jumpa-Ketum-Golkar-di-DPP.jpg
(Tangkapan Layar)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Usai terpilih sebagai Wakil Gubernur Riau, SF Hariyanto yang merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mendatangi Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, jelang Rapat Harian Pengurus, Rabu malam, 8 Januari 2025. 

Kedatangan tersebut disebut-sebut sebagai sinyal kader partai Banteng Moncong Putih tersebut merapat ke Pohon Beringin. SF Hariyanto digadang-gadang mengincar posisi bosnya saat jabat Sekdaprov Riau kini menjabat sebagai Ketua DPD I Golkar Riau, Syamsuar. 

Pengamat Politik Riau, Muhammad Zainuddin mengatakan, upaya dilakukan SF Hariyanto dengan mendatangi Kantor DPP Golkar serta bersalaman dengan menundukkan badan ke Ketua Umum Bahlil Lahadalia, sebagai Tindakan pragmatis. 

Jika, tuturnya, digunakan pendekatan etika politik pragmatis oleh Machiavelli tentang tujuan membenarkan segala cara, maka perilaku kader Megawati Soekarnoputri tersebut dianggap kurang tepat. 

"Sangat pragmatis, jumpa ala kadarnya saja dengan Ketua Umum Golkar dan kurang menjaga wibawa sebagai Wakil Gubernur (Riau) terpilih. Ini memberikan multitafsir bagi banyak kalangan," ungkap Zainuddin, Minggu, 12 Januari 2025. 

Kandidat Doktor Ilmu Politik Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat ini menjelaskan, jika memang SF Hariyanto berniat jumpa dan bicara serius memimpin Golkar, semestinya tidak bertemu serampangan begitu jelang Rapat Harian DPP Golkar. 

Seharusnya, kata lulusan Ilmu Pemerintahan Universitas Riau ini, SF Hariyanto mesti mencari waktu yang tepat. Pasalnya, posisi Wakil Gubernur Riau terpilih tidak perlu diperkenalkan, akan dikenal sendiri oleh tokoh lainnya. 

"Perlu diingat, digarisbawahi, SF Hariyanto mesti memikirkan partai pengusungnya ketika menjadi calon wakil gubernur, PDIP dan Nasdem, karena PKB sudah diwakili oleh Abdul Wahid," jelasnya. 

Tentunya, kata Zainuddin, PDIP dan Nasdem berharap banyak kontribusi mantan Sekdaprov Riau yang terkenal usai viral istrinya flexing tahun 2023 silam, bagi kelangsungan partai mereka saat memberikan dukungan kepadanya. 

"Dukungan ini tidak gratis, setelah sampai di dermaga kekuasaan maka mesti ada fasilitas yang diberikan kepada partai pengusung walaupun itu tidak boleh dibunyikan. Jangan sempat ada kalimat negative muncul bahwa SF Hariyanto tidak pandai membalas budi, atau justru mengkhianati," katanya mengingatkan. 


Di politik, tuturnya, ada konsep Weber tentang etika tanggung jawab. SF Hariyanto mesti beretika menjalani proses ini, jangan ada yang tersinggung. Ia juga mesti bertanggung jawab atas kemenangannya menjadi wakil gubernur untuk terus bersama dengan partai koalisinya. 

Politik di level lokal,jelasnya, berbeda dengan level nasional. Tidak ada istilah koalisi dan oposisi di daerah, yang ada hanyalah menjawab pertanyaan: apa didapatkan ketika memberikan dukungan kepada pasangan kepala daerah. 

"Keberadaan partai politik serta anggota DPRD tidak begitu mempengaruhi kebijakan kepala daerah, karena DPRD itu sendiri adalah bagian dari pemerintah daerah," pungkasnya. 

Sebelumnya, kader PDIP yang terpilih sebagai Wakil Gubernur Riau, SF Hariyanto, mendatangi Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Rabu, 8 Januari 2025 silam, sebelum Rapat Harian DPP berlangsung. 

Kedatangan kader partai Banteng Moncong Putih ke kandang Pohon Beringin tersebut disinyalir sebagai sinyal dan upaya SF Hariyanto untuk merebut Ketua DPD I Golkar Riau dari tangan Syamsuar akan menyelenggarakan Musda tahun 2025 ini. 

Mengenakan kemeja putih dipadukan celana hitam, SF Hariyanto bersalaman di pintu masuk kantor DPP dengan Ketua Umum Bahlil Lahadalia, Rabu malam, yang baru saja turun dari mobil Alphard. 

Namun, baru melangkah satu dua meter dari pintu masuk, Bahlil membalikkan badannya ke kanan saat namanya dipanggil. Dari video yang diunggah akun @bahlillahadalia, terlihat usai dipanggil namanya, ia mencari tahu sumber arah suara tersebut. 

Terlihat, masih dari video diunggah akun tersebut, anak buah Megawati Soekarnoputri itu menundukkan badannya saat salaman dengan Ketua Umum Golkar tersebut. Awalnya, Bahlil melenggang begitu saja memasuki Gedung DPP. 

Di saat bersamaan Ketua DPD II Golkar Pelalawan, Nazaruddin, kemudian setengah berlari, memperkenalkan SF Hariyanto kepada Bahlil dan petinggi Partai Golkar lainnya. Antara lain Sekjen Sarmuji, Ahmad Dolly Kurnia Tanjung, dan Bambang Soesatyo. 

Terjadi obrolan singkat usai salaman Wagub Riau terpilih tersebut dengan petinggi Partai Golkar sebelum akhirnya Bahlil meninggalkan Kader PDIP Riau yang terkenal usai flexing istrinya, Adrias, viral awal tahun 2023 silam seluruh Indonesia. 

Sebelumnya, Gubernur Riau terpilih, Abdul Wahid, meminta SF Hariyanto, untuk lebih fokus pada tugasnya melayani masyarakat daripada mencalonkan diri sebagai Ketua DPD I Partai Golkar Riau.

Permintaan itu secara khusus disampaikan Ketua DPW PKB Riau tersebut menanggapi kabar SF Hariyanto mengincar posisi yang akan ditinggalkan Syamsuar sebagai Ketua DPD I Partai Golkar. Wahid keinginan kader PDIP itu ditunda supaya kinerja pemerintahan selama 5 tahun mendatang maksimal. 

Wahid menegaskan, kerja sama antara pemimpin daerah sangat penting guna menjawab kebutuhan masyarakat, terutama pada masa-masa awal pemerintahan nantinya usai dilantik Presiden di Istana Negara. 

Pengamat Politik Riau, Zainuddin, mengatakan apa yang dilakukan SF Hariyanto dengan mendatangi Kantor DPP Golkar serta berjumpa dan salaman dengan Ketum Bahlil Lahadalia, menunjukkan cara-cara pragmatis. 

Kandidat Doktor Ilmu Politik Universitas Andalas (Unand) ini mengatakan Kalau digunakan pendekatan etika politik yang pragmatis oleh Machiavelli tentang tujuan membenarkan segala cara, maka perilaku Hariyanto dianggap kurang tepat. 

"Sangat pragmatis, jumpa ala kadarnya saja dengan Ketua Umum Golkar dan kurang menjaga wibawa sebagai Wakil Gubernur Riau terpilih. Ini memberikan multitafsir bagi banyak kalangan," analisanya.