RIAU ONLINE, PEKANBARU - Seorang mahasiswi Universtas Islam Riau (UIR) diduga menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oknum dekan.
Kasus ini kemudian viral di WhatsApp setelah korban, WJ mengungkap dugaan perbuatan tak senonoh oleh oknum dekan berinisial SAL tersebut melalui surat yang ditujukan kepada Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Riau, pada 26 Agustus 2024.
Melalui surat itu, WJ mengaku diperlakukan seperti wanita penghibur oleh oknum dekan. Bahkan, oknum petinggi kampus itu mengajak check-in di hotel untuk berhubungan badan.
Ajakan SAL untuk bermalam bersama WJ di hotel berawal saat keduanya menjalin komunikasi melalui WhatsApp.
WJ yang memiliki kepentingan dengan kampus dan keperluan pekerjaan mengaku selalu dirayu oleh SAL untuk bermalam bersama di hotel. WJ pun terus menolak ajakan SAL dengan halus.
"Kejadian ini berawal di bulan September 2021 dan masih Pandemi Covid-19. Saya waktu itu memiliki keperluan dengan SAL dan meminta tanda tangan Surat rekomendasi," kata WJ dalam surat pernyataannya, dikutip RIAU ONLINE, Rabu, 28 Agustus 2024.
Ketika Kota Pekanbaru masih dilanda pandemi COVID-19. Meski begitu, WJ menyebut SAL tak berhenti mengajaknya untuk berbuat tak senonoh, dengan alasan untuk menyelesaikan urusan WJ.
Hingga pada akhirnya, kata WJ, dirinya terpaksa menemui SAL di ruangannya. WJ yang berharap mendapat bantuan dalam membuat materi seminar mengaku malah mendapat pelecehan seksual dari SAL.
"Awalnya biasa saja dalam ruangan oknum Dekan, kemudian datang 3 mahasiswa lainnya dan berniat bertemu dengan SAL dan meminta foto dokumentasi. Setelah selesai 3 mahasiswa tadi pergi keluar," ungkapnya.
"Karena gelisah, saya berdiri dan hendak pamit keluar ruangan oknum Dekan, tapi yang bersangkutan menutup pintu dan menguncinya dari dalam," lanjutnya.
WJ menyebut SAL menarik tubuhnya ke dekat pintu dan memeluknya. Ia juga mengaku dicium di bibir dan diraba di alat vital oleh SAL.
"Saya sempat menolak, tapi karena kuasa dan paksaan oknum Dekan saya melakukannya sampai-sampai disuruh merunduk untuk menghisap kelamin oknum tersebut," tambahnya.
WJ mengaku terpaksa menuruti keinginan bejat SAL. Tidak lama kemudian, WJ pamit untuk pulang.
"Setelah semua saya lakukan, SAL dengan gestur senang sambil membuka pintu. Saat saya keluar, SAL masih sempat memukul bokong saya," katanya.
"Marah, benci dan muak campur aduk perasaan saya ini tidak dapat diungkapkan lagi. Mungkin banyak mahasiswi lain menjadi korban oknum Dekan ini," tambahnya.
WJ pun berharap, Rektor UIR memberikan keadilan untuknya atas pelecehan seksual yang dilakukan SAL terhadapnya.
Sebagai korban, ia ingin mendapat kepastian hukum. Ia pun berharap surat pengaduannya ini diterima dan segera ditindaklanjuti oleh Rektor UIR.
Sementara itu, SAL yang dituding melakukan pelecehan terhadap mahasiswi menyatakan mundur dari jabatannya sebagai dekan di UIR. Ia pun tak menampik pengunduran dirinya terkait dengan isu pelecehan seksual tersebut. SAL mengaku ingin fokus menyelesaikan masalah tersebut.
"Per hari ini (Rabu, 28 Agustus 2024), saya mengundurkan diri dan surat pengunduran diri saya sudah diterima Pak Rektor," katanya.
Meski begitu, SAL membantah tegas tuduhan tersebut. SAL menegaskan dirinya tidak pernah melakukan perbuatan sekeji itu.
"Terkait ajakan saya ke hotel itu hanya untuk menguji Integritas mahasiswi itu. Dia sudah Ats rekomendasi S2 dan ingin S3 agar dia berubah. Bahkan saya hanya bercanda saja ngajak ke hotel," jelasnya.
"WJ bahkan meminta rekomendasi untuk jadi dosen di UIR, saya bilang ke dia untuk jaga kepribadian," tambahnya.
Menurut SAL, WJ merupakan mahasiswi yang sulit diatur. Ia bahkan mengaku bersedia untuk dilaporkan jika kasus ini benar dan dirinya terbukti bersalah.
"Ini fitnah yang luar biasa, sampai memegang payudara menghisap kelamin. Itu tidak benar. Saya menganggap mahasiswi terlalu ingin menjadi dosen hingga membuat isu dengan melakukan pencemaran nama baik saya," pungkasnya.
SAL pun ingin WJ mencabut surat pengaduan tersebut karena ingin menempuh jalur kekeluargaan untuk menyelesaikan perkara dugaan pelecehan seksual yang menyeretnya.
"Saya masih ingin menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan. Karena tidak ada pentingnya, kalah jadi abu, menang jadi arang," tutupnya.