RIAU ONLINE, DUMAI - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Wilayah Kerja Rokan berhasil mengurangi emisi karbon setara 800 mobil untuk mengurangi dampak pencemaran udara, melalui program konservasi kawasan Mangrove Bandar Bakau di Kota Dumai, Riau.
Hutan Bandar Bakau Dumai binaan program tanggung jawab sosial dan lingkungan PT Pertamina Hulu Rokan ini menerapkan prinsip pentahelix dengan melibatkan pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan warga sekitar Bandar Bakau.
Analyst Social Performance PHR WK Rokan, Priawansyah mengatakan, program konservasi hutan bakau ini sudah dimulai sejak akhir tahun 2022.
“Pada saat itu pasca Covid-19, sementara potensi yang kami lihat di sini seluas 24 hektar dan langsung berhadapan dengan kapal laut dan menjadi bufferzone (kawasan penyangga) untuk penyelamatan lingkungan hidup di Kota Dumai dan Provinsi Riau,” ungkap Priawansyah.
Bakau sendiri merupakan tumbuhan dengan daya serap karbon lima kali lebih kuat dari tumbuhan biasa. Kawasan mangrove seluas 24 hektar ini disebut-sebut dapat menyerap 1300 ton C02 per tahun.
“Bakau ini lima kali lebih kuat menyerap karbon dari mesin kendaraan, estimasi 24 hektar mampu menyerap 1300 ton C02 per tahun, ekuivalen dengan 800 kendaraan bermotor” jelasnya.
Tidak hanya sebagai kawasan penyangga (bufferzone), Bandar Bakau Dumai juga menjadi destinasi wisata dengan mencapai 3.000 pengunjung.
“Untuk edu ekowisata itu kami telah membuat track beton sepanjang 300 meter, di sini juga terdapat coffee shop, ada galeri, guesthouse. Karena banyak anak sekolah dan akademisi berkunjung ke sini. Sekitar 3.000 pengunjung dari sekolah, akademisi dan tamu-tamu mancanegara,” sebutnya.
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) berkomitmen menjadi perusahaan terdepan dalam upaya pelestarian hutan dan kawasan mangrove di Indonesia.
Sejauh ini, PHR telah melaksanakan program Konservasi Hutan Mangrove dan memanfaatkannya sebagai kawasan Eco Edu Wisata Bandar Bakau di Dumai, Provinsi Riau.
Program ini mendukung kegiatan konservasi ekosistem mangrove dengan memberdayakan masyarakat tempatan di Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai Barat, Kota Dumai.
Sementata itu, Kelompok Tani Hutan Bandar Bakau Dumai, Darwis mengatakan, konservasi mangrove merupakan salah satu unsur penting dalam menjaga kawasan pesisir dari ancaman abrasi.
Pihaknya yang didukung oleh PHR konsisten menjalankan berbagai program lingkungan untuk kemaslahatan masyarakat. Sebab, selain untuk menahan laju abrasi, hutan bakau juga dikenal sebagai simbol budaya masyarakat Dumai.
“Mangrove ini sangat bermanfaat bagi lingkungan di pesisir pantai. Program kami meliputi pembibitan, penanaman bakau, edukasi ke anak-anak sekolah hingga pemberdayaan kelompok UMKM,” kata Darwis.
Sejak menjadi binaan PHR, pria yang berlatar belakang penulis sastra dan budaya ini mengakui bahwa terdapat peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari sisi meningkatnya kunjungan masyarakat, kepuasan dan kenyamanan pengunjung.
“Kepuasan dan kenyamanan adalah yang utama,” tuturnya.