Tahukah Kamu? Ada Sejarah di Balik Lomba 17 Agustus yang Meriahkan HUT RI

Panjang-pinang.jpg
(Antara)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pada setiap tahun, 17 Agustus ditetapkan sebagai hari peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Berbagai perayaan digelar untuk memeriahkan hari ulang tahun Indonesia.

Biasanya, masyarakat menyambut HUT RI dengan menyelenggarakan beragam perlombaan 17-an. Kegiatan ini sering kali menjadi hiburan bagi masyarakat yang menonton maupun pesertanya.

Perlombaan yang tak luput digelar pada setiap tahunnya, mulai dari lomba makan kerupuk, panjat pinang, hingga tarik tambang, ramai disemarakkan di berbagai daerah di Indonesia. Lomba-lomba ini menjadi cerminan kecil perjuangan yang dilakukan para pahlawan dan kemenangan akan lomba dapat diartikan sebagai kemerdekaan yang berhasil digaungkan oleh mereka.

Tapi, tahukah kamu? Lomba 17 Agustus yang mungkin dianggap awam ternyata punya sejarah yang panjang dan penuh makna.

Indonesia yang terdiri atas 17.504 pulau dan 38 provinsi merupakan negara kaya akan budaya dan warisan. Selain wilayahnya yang memang luas dan daratannya dipisah oleh lautan, penjajahan di masa lalu juga turut meninggalkan cerita dan warisan untuk bangsa Indonesia. Satu di antaranya perlombaan yang dilakukan tiap tanggal 17 Agustus.

Dikatakan oleh seorang sejarawan bernama JJ Rizal, pada saat Jepang mulai masuk ke Indonesia, Jepang seringkali menggelar perlombaan seperti lomba tarik beban dan tarik tambang. Hal ini menjadi inspirasi terciptanya lomba di tanggal 17 Agustus yang tentu jenis perlombaannya juga sudah disesuaikan dengan keadaan di masa kini.

Masyarakat pada zaman dahulu awalnya memperingati Hari Kemerdekaan hanya dengan berbondong-bondong datang ke istana negara untuk mendengarkan pidato dari Bung Karno sang Presiden RI pertama. Pidato tersebut begitu visioner karena padat akan refleksi, koreksi, evaluasi, hingga gambaran kehidupan masyarakat bangsa di masa depan.

Pada akhirnya, di tahun ke-5 perayaan Hari Kemerdekaan atau sekitar tahun 1950-an, di tingkat masyarakat mulai bermunculan ide untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan ini dengan berbagai perlombaan, sebelum akhirnya di acara puncak, mendengarkan pidato presiden. Hal ini dilakukan sebagai upaya lain untuk ‘berevaluasi’ dengan memberi nilai seperti pemimpin, tentunya dengan cara yang lebih menyenangkan. 

Nah, perlombaan 17 Agustus menjadi sesuatu yang terkesan wajib ada perlombaannya setiap tahun. Lomba-lomba yang memeriahkan peringatan hari kemerdekaan ini bukan diselenggarakan tanpa alasan, lho. Ternyata ada makna mendalam yang tersirat di dalamnya. 


1. Lomba Makan Kerupuk

Lomba makan kerupuk yang sering kali diikuti oleh anak-anak kecil ini ternyata menggambarkan bagaimana kesulitan orang-orang pada zaman penjajahan untuk mengonsumsi makanan bergizi.

2. Lomba Balap Karung

Lomba ini merupakan visualisasi dari kesusahan masyarakat Indonesia di zaman Jepang. Kesulitan secara finansial inilah yang membuat banyak masyarakat tidak mampu membeli pakaian sehingga mereka harus memakai karung goni. 

3. Lomba Panjat Pinang

Mengutip laman resmi Kemendikbud, panjat pinang merupakan permainan tradisional masyarakat yang sudah ada sejak lama. Cara bermainnya adalah dengan memperebutkan hadiah-hadiah yang digantung pada puncak batang pohon pinang. Permainan ini dilakukan secara berkelompok. Selain sebagai hiburan untuk merebutkan hadiah, lomba panjat pinang juga memiliki makna kebersamaan dan gotong royong.

4. Lomba Tarik Tambang

Tarik tambang merupakan salah satu permainan tradisional yang memiliki makna gotong royong, kebersamaan, dan solidaritas masyarakat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Fakta menariknya, tarik tambang atau tug of war pernah digelar sebagai cabang olahraga atletik pada lima kali ajang Olimpiade.

Mengutip dari dari laman resmi Olympics, ajang pertamanya yakni pada Olimpiade 1900 Paris, Olimpiade 1904 Amerika Serikat (AS), Olimpiade 1908 London, Olimpiade 1912 Stockholm, dan terakhir pada Olimpiade 1920 Antwerp.

5. Lomba Balap Bakiak

Sebelum ada sandal karet, dahulu orang-orang mengenakan sandal dari kayu yang disebut terompah atau bakiak. Dikisahkan, sandal semacam ini berasal dari China 2 abad sebelum Masehi, yang kemudian penggunaannya menyebar ke negara Asia lain, termasuk Indonesia.

Dalam lomba 17-an, bakiak dimodifikasi menjadi panjang agar cukup dipakai bersama-sama untuk mengadu kekompakan tim dan melatih gotong royong.

Nah, beragam perlombaan 17 Agustus jelas bukan hanya untuk bersenang-senang. Ada makna filosofis dari setiap perlombaan.

Makna tersebut seperti memacu semangat berjuang, memupuk kerja sama dan gotong royong. Hal ini tercermin dalam lomba yang dilakukan secara kelompok, sehingga memerlukan kekompakan. Bukan sekadar merebut hadiah, hal ini juga melatih semangat berjuang yang dulu juga dilakukan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan.