5 Satwa Langka Ini Masih Ada di Hutan Riau Meski Hampir Punah

Binturong.jpg
(rekoforest.org)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kelestarian hewan-hewan di Provinsi Riau hingga kini masih terancam karena perburuan liar dan keberadaan jerat. Selain itu, satwa langka juga terancam akibat kerusakan hutan yang menjadi habitatnya. 

Riau adalah daerah dengan beragam kasus tata kelola hutan yang buruk. Perambahan dan eksploitasi akan hutan alam di Riau, membuat hutan alam itu sendiri banyak tergantikan dengan yang bukan hutan alam.

Tercatat dalam database Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) berdasarkan analisis melalui Citra Landsat 8-OLI dan Sentinel-2, sisa hutan alam di Riau kini hanya 1.442.669 hektare. Sisanya dominan dikuasai korporasi.

Jika dibandingkan dengan tahun 1982 yang sebelumnya seluas 6.727.546 hektare, boleh dikatakan Riau telah mengalami penurunan drastis dalam hal pelestarian hutan alam, termasuk satwa yang ada di dalamnya.

Meski begitu, ternyata masih ada sejumlah satwa langka yang hidup di hutan Riau dan mesti dijaga kelestariannya. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau mencatat, terdapat 31 jenis satwa mamalia langka yang masih hidup di kawasan hutan Riau. 

1. Binturong

Binturong atau Menturung. Dalam bahasa Inggris, satwa mamalia ini disebut bearcat karena penampilannya yang seperti campuran antara beruang (bear) dan kucing (cat).

Namun faktanya, Binturong tidak ada kaitannya dengan kedua satwa tersebut. Satwa ini, justru berkerabat dekat dengan musang luwak.

Satwa Binturong memiliki bulu atau rambut berwarna hitam yang tebal dan kuat. Sedang matanya, besar, hitam dan mencolok.

Binturong merupakan satwa asli asal Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Di ketiga pulau ini, sebutan untuk Binturong agak sedikit berbeda, yang membedakannya hanyalah satu huruf, yaitu disebut Binturong.

Dikutip dari website resmi Restorasi Ekosistem Riau (RER), selain Indonesia, satwa ini juga dapat dijumpai di Asia Selatan, seperti daerah Bangladesh, Bhutan, India, Nepal, dan Yunnan di China. Sedangkan di Asia Tenggara, Binturong dapat ditemukan di Kamboja, Laos, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Indonesia tentunya.

RER menyebutkan, salah satu spesies mamalia langka yang juga dimiliki Riau di Semenanjung Kampar ini, digolongkan International Union for Conservation of Nature (IUCN) sebagai satwa dengan status Konservasi Rentan (VU).

2. Sigung Sumatera



Satwa Riau berstatus konservasi lainnya adalah Sigung Sumatera. Sigung adalah binatang mamalia yang berbulu hitam dan ada yang putih.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari idntimes.com, bobot tubuh satwa yang memiliki bau menyengat ini, cukup bervariasi. Mulai dari 1,4 sampai 3,6 kilogram, dengan panjang badan rata-rata mencapai 50 sentimeter.

Terkait sebaran habitat Sigung sendiri adalah pada hutan-hutan sekunder, dengan kisaran ketinggian 2000 mdpl (meter di atas permukaan laut). Sigung merupakan binatang penyendiri. Ia mencari mangsa atau makanannya ketika malam hari. Pada pagi hingga petang, Sigung lebih suka bersembunyi di dalam tempat yang gelap, seperti gua.

Satwa Sigung merupakan golongan binatang omnivora, yang gemar memangsa serangga, cacing tanah, tikus, katak, ular, burung dan telur. Selain itu, Sigung juga memakan buah-buahan, akar, jamur juga dedaunan

3. Anjing Ajag

Pada 27 Mei di tahun 2022, secara mengejutkan kamera rekam (trap) BBKSDA Riau menangkap keberadaan satwa langka, Anjing Ajag di hutan Riau. Padahal, hewan tersebut diisukan tak pernah lagi dijumpai di Riau dalam selang waktu beberapa tahun terakhir.

Sempat dikira punah selama ini. Munculnya sosok anjing hutan mirip serigala tersebut, akhirnya membuat dunia konservasi lokal lega dan berbangga.

Indonesia mempunyai dua jenis Anjing Ajag, yaitu anjing hutan Jawa (Cuon Alpinus Javanicus) dan anjing hutan Sumatera (Cuon Alpinus Sumatrensis). Populasi satwa ini, selain di Indonesia juga dikabarkan tersebar di banyak kawasan Asia. Dikutip dari pantauriau.com.

Ciri dari anjing Ajag sendiri memiliki lolongan keras dan jelas. Hidup secara berkelompok maupun secara soliter atau dapat hidup sendiri. Ajag, jenis hewan pemburu yang terkenal menyukai kelinci, kancil, babi hutan, kijang dan rusa. 

4. Musang Belang

Musang Belang merupakan satwa khas di Paparan Sunda, seperti Pulau Sumatera dan Kalimantan. Persebaran satwa yang bernama latin Hemigalus Derbyanus dalam bahasa Yunani ini, juga terdeteksi di Myanmar, Semenanjung Malaysia, dan Thailand.

Hewan ini dijuluki Musang Belang di Indonesia, dikarenakan pola garis-garis yang terdapat di punggungnya. Musang Belang memiliki ukuran mirip kucing domestik yang khas dengan badan panjang dan ramping.

Hewan kelompok karnivora ini dapat ditemukan di hutan tropis Asia Tenggara. Di Riau, kita dapat menemukan spesies musang langka ini di Semenanjung Kampar, tepatnya di Suaka Margasatwa Bukit Rimbang-Baling, menurut informasi yang diperoleh dari bbksda-riau.id.

Sayangnya, pada tahun lalu IUCN menyatakan, Musang Belang ada di dalam daftar merah. Ini menunjukkan bahwa Musang Belang saat ini dengan status Hampir Terancam (Near Threatened/NT).

Hal tersebut diperparah dengan juga dimasukkannya Musang Belang ke dalam daftar Appendix II CITES (Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Flora dan Fauna Liar yang Terancam Punah). Menanggapi hal ini, IUCN menandaskan perdagangan tersebut harus dikendalikan.

Di sisi lain, di alam liar, deforestasi ulah manusia menjadi hal yang paling mengancam keberadaan satwa-satwa langka. Deforestasi mengakibatkan pengikisan habitat alami, yang menyebabkan satwa semakin kesulitan mendapatkan makanan dan menghambat akses kepada pepohonan rimbun, sebagai tempat aman untuk berlindung dari predator.

5. Kucing Kuwuk

Kucing kuwuk atau Kucing Congkok. Bernama latin Prionailurus Bengalensis. Merupakan kucing liar kecil Asia Selatan dan Timur.

Dalam bahasa Inggris, kucing Kuwuk disebut leopard cat, karena bulu di badannya yang bintik-bintik seperti macan tutul. Tapi, sebenarnya hubungan spesies ini sangatlah jauh dari macan tutul.

Kucing Kuwuk adalah kucing kecil Asia yang memiliki distribusi paling luas. Persebaran mereka meluas dari wilayah Amur di Timur Jauh Rusia sampai ke Semenanjung Korea, China, Indochina, Subkontinen India ke barat di utara Pakistan dan ke selatan di Filipina, juga Kepulauan Sunda di Indonesia.

Distribusinya yang sangat luas, menyebabkan satwa ini terdaftar ke dalam spesies Risiko Rendah oleh IUCN, sejak 2002 lalu. Kucing Kuwuk juga terancam keberadaannya, sebab hilangnya habitat dan perburuan di beberapa bagian persebaran.

Nah, itulah lima dari satwa-satwa langka yang masih hutan Riau miliki. Kelestarian satwa-satwa ini sangat dipengaruhi kelestarian dari hutan alam sebagai ruang hidup dan berkembangnya.

Tanpa keasrian hutan-hutan tersebut sebagai tempat tinggal mereka yang aman dan lingkungan sehat, mereka tidak dapat bertahan hidup.

Mari bertoleransi antar sesama makhluk hidup. Jangan renggut ruang dan hak hidup mereka. Mari saling menjaga dan merawat ciptaan Tuhan.