Pengecer Khawatir Stok Gas Subsidi Terbatas di Tahun 2024

Gas-Melon7.jpg
(Riau Online/Annisa Alzikri)

RIAU ONLINE, PEKANBARU-Persediaan stok gas elpiji subsidi di Kota Pekanbaru masih terbilang aman dan tercukupi hingga akhir tahun 2023 ini.

Namun pemilik pangkalan dan pengencer khawatir ketersedian stok gas subsidi terbatas di tahun 2024. Pasalnya, pemerintah akan mengurangi pasokan gas subsidi dan mulai menerapkan sistem aplikasi QR Code.

Pemilik pangkalan gas di Jalan Mustamindo 1, Iwan (46 ), mengaku pesimis jika tahun berikutnya gas subsidi dikurangi anggarannya.

"Tapi kalau dinaikin semuanya, dicabut semua maka tidak ada harapan lagi. Kami kecewa kenapa bulan ini tidak ada perpanjangan kontrak. Jadi harapnya untuk tahun depan tetaplah dilanjutkan gas subsidi. Sebab kasihan apalagi ekonomi masih menurun,” ujarnya saat diwawancarai RIAUONLINE.CO.ID, Sabtu 28 Oktober 2023.

"Untuk tahun depan ini kita sedikit meragukan sebab ada pengurangan anggaran 60 persen dan sisa 40 persen yang hanya digunakan untuk warga yang kurang mampu saja serta sudah terdata di QR Code. Jadi sistem QR Code ini sistem yang paling selektif dimana kalau kita ketik Nomor Induk Kependudukan (NIK) itu aja dia udah aktif. Jadi kalau untuk keluarga yang mampu di atas Upah Minumum (UMR) maka akan mendapatkan tabung yang ukuran 5,5 kg dan 12 kg tapi untuk mereka yang kurang mampu akan langsung terbaca dan mendapatkan tabung subsidi yang ukuran 3 kg," tambahnya.

Iwan menjelaskan, pembelian gas subsidi yabg wajib menggunakan Kartu Keluarga (KK) bertujuan untuk mendata bagi ekonomi yang lemah, sedang dan mampu. Sehingga sistemnya lebih terprogram siapa saja yang berhak mendapatkan.

"Hanya di awal saja mereka protes karena tidak tahu fugsinya. Bahkan ada yang bilang sudah seperti zaman PKI membeli gas saja banyak syaratnya dan nyari ke pangkalan lain namun sama saja tetap pakai KK. Jadi setiap yang ingin membeli maka kita jelaskan kenapa harus pakai KK dan KTP sehingga mereka sudah paham dan mulai terbiasa. Tapi kalau sudah menjadi langganan tidak perlu setiap beli bawa karena kita sudah hafal dan datanya juga sudah ada di kita. Setelah itu data tadi kita fotocopy dan kita serahkan ke agen dan pihak pertamina. Jadi setiap pihak sudah memegang datanya masing-masing,” jelasnya.



Ia merincikan, untuk harga jual ke pengencer atau yang membeli langsung ke pangkalan dijual sesuai dengan Harga Enceran Tertinggi (HET) yaitu sebesar Rp18.000. Sedangkan pangkalan membeli ke agen Rp15.000 sebanyak 200 tabung dan itu sudah ada dalam kontrak.

"Namun untuk pengencer itu hanya boleh diberikan 3 tabung gas subsidi setiap minggu jika masuk atau maksimalnya 12 tabung dalam 1 bulan. Sebab pengencer juga tidak boleh diberikan banyak-banyak karena kan tidak ada izinnya,” tambahnya.

Sementara pengecer gas elpiji di Jalan Suka Karya atau Simpang Kualu, Kurnia (51), mengungkapkan untuk stok ketersedian gas subsidi sampai akhir tahun masih cukup.

"Malahan sekarang banyak dan harganya masih standar ada yang jual Rp20.000 hingga Rp22.000 daerah Simpang Kualu ini" ungkapnya.

Ia mengungkapakan, saat ini untuk pembelian gas elpiji tidak menggunakan KK, lantaran gas tidak langka dan tercukupi sampai akhir tahun.

"Tapi kalau mulai langkah barulah pakai KK. Sebab tujuannya agar orang tidak menyalahgunakan. Kalau saat langka gas mahal banyak yang ingin jualan gas termasuk ibu rumah tangga, mereka sekeluarga beli satu-satu nanti tiba-tiba udah jualan saja dipinggir jalan. Jadi kalau pakai KK itu mengindari orang membeli berulang-ulang. Kalau untuk dipakai tidak masalah tapi kalau untuk jualan itu yang menjadi masalah. Bahkan Sekarang pemerintah merencanakan pembelian gas subsidi menggunakan aplikasi dan itu bikin repot karena tidak semua orang punya android," tutupnya.

Artikel ini ditulis Annisa Alzikri peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di RIAU ONLINE