Satu dari sejumlah murid PAUD/TK Putri Dewi di Jalan manunggal, Kota Pekanbaru, mengenakan masker dan pulang lebih awal, Selasa, 3 Oktober 2023
(Annisa/RIAU ONLINE)
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pengelola sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK terpaksa mengambil kebijakan memulangkan anak didik lebih awal dari jadwal normal. Hal ini lantaran kabut asap kebakaran lahan dan hutan (karhutla) masih menyelimuti Kota Pekanbaru.
Wali murid PAUD/TK Putri Dewi di Jalan manunggal, Alianto (54), mengatakan bahkan proses belajar-mengajar juga dikurangi.
"Biasa masuk pada hari Senin hingga Jumat pukul 7.30 WIB dan pulang pukul 11.30 WIB. Namun sekarang pulangnya dipercepat jadi 10.30 WIB. Serta untuk pelajaran edukasi lebih dikhususkan di dalam kelas saja," ujarnya saat diwawancarai, Selasa 3 Oktober 2023.
Apalagi kata dia, Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru sudah mewajibkan para peserta didik mulai dari PAUD, TK hingga SMA, menggunakan masker.
"Guna menjaga kesehatan karena pengaruh dampak lingkungan saat ini," ungkapnya.
Ia meminta, pemerintah segera mencari solusi terkait permasalahan kabut asap. Sebab, akhir-akhir ini cuaca cukup terik.
"Seperti halnya membuat hujan buatan yang selama ini pernah diselenggarakan. Sebab cuaca yang buruk saat ini sudah mengkhawatirkan kita," tegasnya.
Sementara, wali murid PAUD/TK Al Izhar Creative School, Jalan Hr. Soebrantas, Sudianto (43), mengatakan pemerintah seharusnya lebih siaga karena karhutla bukan persoalan baru.
"Karena Riau ini terdiri pada lahan gambut yang mempunyai usaha bidang perkebunan. Intinya pemerintah sudah mengingatkan berulang-ulang tentang Karhutla. Jadi bagaimana kesadaran pada pihak pengusaha, perkebunan saja lagi. Sebab sebagian besar daerah perkebunan tanah gambut, kalau tanahnya kebakaran tentu susah untuk memadamkan api. Terlebih lagi curah hujan akhir ini rendah," jelasnya.
Sudianto mengungkapkan, akibat kondisi udara yang juga kian memprihatinkan, lembaga pendidikan jadi ikut berdampak.
"Sehingga untuk lembaga pendidikan menjadi korban bagi oknum-oknum yang tidak bertanggung. Sekarang kita wajib memakai masker di luar ruangan atau ketika berangkat ke sekolah karena kondisinya sudah siaga 1," tuturnya.
Sudianto berharap ke depannya pemerintah harus tegas dan melakukan pemantauan secara berkelanjutan terkait oknum-oknum yang berpotensi menjadi pelaku karhutla.
"Karena yang dirugikan adalah masyarakat dan yang diuntungkan adalah oknum-oknum pengusaha bidang perkebunan. Kenapa harus dengan cara dibakar di musim kemarau? Secara umum curah hujan rendah. Jadi oknum yang membakar harus diberikan sanksi," pungkasnya.
Artikel ini ditulis Annisa Al Zikri , peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di RIAU ONLINE