Ibu Asal Kampar Sulap Eceng Gondok Jadi Karya Bernilai Jual, Ingin Buka Lapangan Kerja

Kerajinan-eceng-gondok-di-gernas.jpg
(SOFIAH/RIAU ONLINE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Ibu rumah tangga (IRT) asal Kabupaten Kampar berhasil menyulap eceng gondok menjadi kerajinan tangan yang kaya nilai dan ekonomis. Ibu yang akrab disapa Juniarti itu menjadi pelaku UMKM yang turut memamerkan karyanya dalam Gerakan Nasional (Gernas) Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata di Indonesia (BBI BBWI) di Pekanbaru yang berlangsung sejak Jumat 28 Juli hingga Minggu, 30 Juli 2023.

Kepada RIAU ONLINE, Juniarti menyebut telah melakoni memanfaatkan tumbuhan liar itu sebagai bahan kerajinan sejak lima bulan lalu. Mulanya hanya seorang diri, kemudian menggandeng ibu rumah tangga (IRT) lainnya untuk melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat.

"Daripada ngumpul-ngumpul untuk ngomongin orang atau gibah, mending berusaha dengan memanfaatkan eceng gondok sebagai kerajinan tangan. Mudah buatnya, dijual dapat duit. Sekarang sudah ada lima orang yang bergabung," katanya.

Juniarti berharap dapat membuka lapangan kerja dan memberdayakan ibu-ibu. Ke depan, ia pun akan membuat kelompok kerajinan tangan yang beranggotakan ibu-ibu di tingkat RT, RW, maupun PKK.

Ia menjelaskan bahwa tidak butuh waktu lama untuk menyulap eceng gondok menjadi karya seni tradisional dengan beragam bentuk dan ukuran. Karya yang terbuat dari eceng gondok itu pun kini ikut dipamerkan di Gernas BBI BBWI, berupa tempat air dan beras, pin, kaca, gantungan kunci, tas, dan lainnya.


"Pembuatan senang dan tidak begitu sulit. Dari dijemur kemudian dianyam, sehar ada yang bisa dapat dua produk, ada yang juga yang sehari satu jenis kerajinan eceng gondok. Paling banyak diminati tempat beras, kaca, dan tempat air minum," ucapnya.

Meski terbuat dari eceng gondok, Juniarti menyebut, karya tangan yang dipasarkannya bisa awet hingga bertahun-tahun.

Juniarti mengklaim, di Riau hanya dirinya yang memanfaatkan eceng gondok menjadi karya bernilai jual. Ia belajar menganyam eceng gondok karena termotivasi oleh pengrajin di Yogyakarta dan Bali

"Adanya BWI BBWI ini saya berharap usaha bisa semakin maju. Meski saya orang kecil, saya memiliki cita-cita untuk membuka lapangan kerja dan bermanfaat bagi orang lain," harapnya.

Menurutnya, peminat kerajinan eceng gondok memiliki jiwa seni. Ia pun meyakini usahanya akan berkembang pesat, apalagi eceng gondok yang tumbuh liar mudah untuk didapat dan tidak sulit diolah.

"Sekarang masih memanfaatkan yang tumbuh secara liar, belum budidaya sendiri. Mungkin nanti," ungkapnya.

Harga yang ditawarkan sangat ekonomis mulai dari Rp 5 ribu sampai Rp 250 ribu. Untuk pemasaran masih di Kampar saja. Ia mengaku belum begitu paham dengan teknologi atau berbasis online. Kendati begitu dirinya telah berusaha memasarkan melalui Facebook dan Instagram.