Syamsuar Berbagi Pengalaman ke Wisudawan UNP: Sempat Nganggur, Merantau di Sumbar

Syamsuar760.jpg
(Dok. Diskominfotik Riau)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pengalaman menjadi jalan cerita setiap orang. Tak terkecuali Gubernur Riau Syamsuar yang tidak langsung mengenyam dunia perkuliahan usai lulus SMA pada 1972.

Di hadapan para wisudawan Universitas Negeri Padang (UNP) Syamsuar mengaku sempat menganggur sebelum akhirnya melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Bahkan, ia sempat merantau ke Sawahlunto di Sumatera Barat (Sumbar).

"Saya nganggur karena memang saya sesuaikan kemampuan orang tua saya. Tak mungkin saya paksakan karena orang tua saya tidak mampu, padahal saya ingin kuliah," ujarnya kemarin Senin, 19 Juni 2023.

Mantan Bupati Siak dua periode itu menambahkan jika dirinya merantau ke Sumbar. Sedangkan,  Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi, meninggalkan Ranah Minang merantau ke Dumai.

"Kami ini sama," ucapnya.

Bangku kuliah bisa dicicipi Syamsuar usai dirinya menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dengan pangkat terendah 2A. Jauh sebelum itu, ia pernah bekerja di tambang batu bara lalu kemudian menjadi tenaga honorer di Kabupaten Bengkalis.



Kendati begitu, Syamsuar tetap percaya Tuhan selalu memberikan jalan. Tak hanya itu, dirinya menyebut sempat masuk di APDN Pekanbaru setelah mengikuti tes tiga kali hingga akhirnya lulus. 

"Kemudian, lulus APDN dapat lah gelar Diploma IV, maka naiklah pangkatnya menjadi 2C," ujarnya.

Di tengah kekurangan Syamsuar mengenyam pendidikan di bangku kuliah, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) kala itu membuat kebijakan beasiswa untuk PNS, yang ditentukan perguruan tinggi bekerja sama dengan Mendagri. Ada tiga lembaga seperti UGM, USU dan Universitas Brawijaya. 

"Saya jodohnya dapat di USU Fakultas Ilmu Sosial Politik jurusan administrasi negara. Di situlah saya merasakan wisuda di kampus. Barulah ngambil S2 di Unri. Tapi S3 tak sanggup lagi banyak kerja, payah bagi waktu," ucapnya. 

Menurutnya pengalaman hidupnya ini merupakan salah satu contoh kasus, jika di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin asal kerja keras dan mau tentunya bekerja maksimal. 

"Artinya dunia ini begitu luas apalagi kalian dihadapkan begitu besar tantangan. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin asal kerja keras dan mau tentunya bekerja maksimal," lanjutnya. 

Syamsuar menjelaskan Indonesia Emas 2045 ini tidak main-main. Indonesia diberikan bonus demografi, dimana nantinya sangat besar populasi anak-anak usia muda yang usia produktif. Sebab itu, menurutnya kualitas diri perlu diperoleh sejak usia muda sehingga dapat bersaing.

"Tentunya kami selalu orang tua yang diberikan amanah memimpin kami tak ingin seperti itu. Kami ingin masa depan kalian ini betul-betul masa depan emas bagi Indonesia, semuanya berkualitas. Sebab kalau kita kemana mana ke negara lain orang ceritanya kompetensi, keahliannya apa," ucapnya.