RIAU ONLINE, PEKANBARU-Demi mendongkrak perekonomian masyarakat yang berbasis peduli lingkungan, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bersama mitra binaan UB Bank Minyak Jelantah (Bank Jatah) terus meningkatkan sosialisasi pengelolaan minyak jelantah atau minyak goreng bekas bagi masyarakat Pekanbaru dan sekitarnya.
Tidak hanya menyasar masyarakat dan kaum ibu rumah tangga, edukasi pengelolaan minyak jelantah turut menyasar murid sekolah dasar. Edukasi bagi murid sekolah dasar dinilai perlu untuk meningkatkan kesadaran siswa pentingnya menjaga lingkungan sejak dini terutama dari ancaman bahaya minyak jelantah.
Lewat kegiatan ini, UB Bank Jatah Kelurahan Agrowisata, Kecamatan Rumbai Barat, mengajak para murid sekolah dasar di SDN 162 Pekanbaru mengumpulkan minyak jelantah sisa pemakaian rumah tangga. Minyak jelantah yang sudah dikumpulkan akan dibeli oleh Bank Jatah dengan harga tertentu.
Minyak jelantah ditimbang lalu dikumpulkan di UB Bank Jatah Kelurahan Agrowisata, di Jalan Sri Amanah. Tim Bank Jatah terdiri dari Rahima, Opirianti, Tati Resti dan Erni siap menerima berapapun minyak jelantah yang disetorkan nasabah.
"Kami siap memfasilitasi dan melayani nasabah dalam kegiatan minyak jelantah. Kita menerima minyak jelantah para murid walaupun 100 gram," kata Direktur Bank Jatah Mohammad Adriyo Habibi, dalam rilis diterima RIAU ONLINE, Selasa 16 Mei 2023.
Program Bank Jatah disambut antusias murid sekolah dasar. Dalam sosialisasinya, UB Bank Jatah Agrowisata memaparkan tentang bahaya minyak jelantah yang tidak terkelola. Minyak jelantah yang dibuang sembarangan memberikan risiko meningkatkan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand (BOD) di perairan.
Sementara minyak jelantah yang dibuang ke tanah menyebabkan tersumbatnya saluran air sehingga akan menghambat proses resapan air ke dalam tanah. Efek jangka panjangnya akan menyebabkan genangan. Terlebih minyak jelantah diketahui mengandung bakteri Clostridium Botulinium dan dapat menimbulkan penyakit.
"Minyak jelantah dikonsumsi tidak baik bagi kesehatan, dibuang merusak lingkungan, untuk itu mari kita jadikan uang dengan cara ditabung," imbaunya.
Dalam program ini, murid sekolah dasar mengumpulkan minyak jelantah dua minggu atau empat minggu sekali, tergantung ketersediaan minyak jelantah di rumah masing-masing.
"Kita berikan reward setiap bulannya untuk kategori frekuensi siswa yang terbanyak menabung minyak jelantah dan kategori siswa yang paling banyak saldo tabungan minyak jelantahnya," ujarnya.
Uang tabungan minyak jelantah dapat dicairkan oleh murid menjelang ujian akhir tahun. "Kita tetap memberi motivasi kepada siswa untuk terus mengumpulkan minyak jelantahnya. Kita mulai dari hal yang sederhana saja," tuturnya.
Sejak dua tahun berjalan, program Bank Jatah telah memiliki kurang lebih 500 orang nasabah, baik dari kalangan ibu rumah tangga, pelajar dan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Dalam sebulan, Bank jatah mampu menampung 3 hingga 5 ton minyak jelantah.
Nasabah dapat mencairkan uang dari tabungan minyak jelantah mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta rupiah tergantung jumlah minyak jelantah yang disetorkan atau ditabung dalam sebulan.
Untuk sementara, minyak jelantah yang sudah terkumpul disalurkan kepada distributor kemudian dijadikan produk turunan. Minyak goreng bekas ini nantinya dapat diolah menjadi produk bernilai seperti lilin, sabun hingga bahan baku energi alternatif biodiesel.
"Untuk sementara kami belum memiliki produk turunan sendiri karena untuk pembuatan biodiesel tentunya membutuhkan jumlah yang lebih banyak. Namun kami berencana untuk membuat produk turunan lilin aroma terapi. Saat ini masih dalam survei baik dari sisi biaya operasional maupun nilai ekonomisnya," tuturnya.
Corporate Secretary PHR Rudi Ariffianto mengatakan, komitmen melestarikan lingkungan dan menjaga keanekaragaman hayati merupakan salah satu fokus utama program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHR.
"Melalui program ini diharapkan dapat mendorong kesadaran bersama dalam menjaga lingkungan sekitar," katanya.