RIAU ONLINE, PEKANBARU-Musim penghujan memang paling pas minum yang hangat-hangat agar daya tubuh tetap terjaga. Minuman hangat yang kerap ditemui untuk menyegarkan tubuh acap kali dijumpai seperti jahe, wedang ronde, wedang uwuh, sekoteng, teh telur, dan lainnya.
Eits, kali ini ada yang beda nih. Minuman hangat dari kelapa. Ya, kelapa bakar namanya.
Buah yang mudah dijumpai dan kesegarannya tiada bandingan serta kaya manfaat, sekarang ini bisa diminum dengan cara yang berbeda. Tentunya melalui pengolahan yang berbeda pula.
Jika biasanya minum buah kelapa saat di pantai dengan gaya healing seperti anak jaman sekarang, kelapa bakar ini tidak hanya untuk sekadar gegayaan saja. Namun, sebagai minuman tradisional yang perlu dilestarikan.
Untuk mengetahui cita rasanya setelah dibakar berubah atau tidak, ini dia liputannya.
Untuk bisa mengetahui itu, tidak perlu risau. Di Pekanbaru tepatnya di Jalan Tambusai Ujung, dekat u-turn Tugu Songket ada yang menjajakan minuman kelapa bakar. Bahkan kelapanya didatangkan jauh-jauh dari Pasaman dan Bukittinggi.
Penjual bernama Indra (55) melakoni pekerjaan ini lantaran ingin generasi muda menyukai minuman tradisional yang kaya manfaat. Pria berkumis itu pun kemudian sibuk melakukan pembakaran kelapa selama dua jam di atas tungku pemasak (drum red) sebelum akhirnya membuka kiosnya yang berada di atas tanah pemerintah.
Di atas drum yang telah diisi bahan bakat kayu dan diberi besi, disitulah puluhan kelapa di bakar. Lalu ditutup dengan seng bekas. Serabut kelapa pun perlahan berwarna cokelat dan perlahan menghitam selama dua jam terpanggang di atas bara api. Ketika itu juga, kelapa dinyatakan matang sempurna dan dapat dinikmati.
Indra mengaku, dirinya membuka lapak sejak pukul 10.00 WIB. Sehingga, pukul 12.00 WIB masyarakat sudah bisa membeli kelapa bakarnya dengan harga Rp20 ribu per butir. Inspirasi menjual kelapa juga karena minuman raja.
"Minuman ini kan sebenarnya minuman tradisional dari raja-raja terdahulu dari Riau, Sumbar, Medan, Kalimantan, dan Jawa. Nah, supaya tidak punah atau kalah dengan minuman kekinikian maka saya tidak berjualan ini," terangnya yang sudah bisnis selama lima tahun.
Agar semakin segar dan berkhasiat, kelapa bakar miliknya didominasi yang berserabut hijau. Hal lainnya, jualannya itu pun diberi tambahan rempah yang dipisah di dalam wadah gelas cangkir.
"Rempah-rempah itu seperti jahe, gula aren, dan serai dipisah. Sehingga pembeli bisa menakar sesuai ukuran. Rasanya kalau dicampur seperti bandrek," urai pria yang tinggal di Jalan Beringin.
Begitu rempah-rempah dituang ke dalam kelapa bakar, perlahan warnanya berubah kecokelatan. Begitu diminum rasanya memang benar-benar seperti bandrek dan hangat di badan. Bahkan pembeli bisa meminta rempah jika merasa kurang.
Pria yang sebelumnya bekerja sebagai buruh bangunan itu menyebut, adapun manfaatnya meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh, melancarkan aliran darah, mengobati penyakit magh dan asma. Kemudian, mengatasi batuk dan pilek, mengatasi diabetes serta batu ginjal.
Di lapak berjualannya itu terdapat pondok-pondok atau saung. Meski tidak begitu luas, namun pembeli bisa menikmati di tempat. Pantauan di lapangan jika sudah menjelang sore pondok akan ramai pembeli. Tak sedikitnya, pembeli menggunakan mobil.
Tak perlu khawatir jika musim hujan, karena penjual tetap berjualan. Menurutnya, agar tidak mengecewakan pembeli. Tak jarang pembelinya pun ada yang dari luar kota seperti Payakumbuh dan Bukittinggi.
"Waktu itu pelanggan saya sebut sampai Payakumbuh masih panas," jelasnya.
Di tempatnya jualan itu pula, pembeli bisa memilih kelapa baik yang berisi maupun yang belum. "Kalau semakin berat kelapanya maka tidak berisi. Namun, kalau ringan itu berisi," ujarnya.
Dikisahkannya, saat ini penjualan telah kembali normal berbeda saat covid-19. "Sekarang 50 an lah sehari. Kalau pas covid-19 bisa sampai 100 san lebih," tutupnya.