Kala Antek Belanda Tewas dalam Jebakan Si Kembang Desa

Malioboro-tempo-dulu.jpg
(Sumber: pamungkaz.net via Good News From Indonesia)


RIAU ONLINE - Segala cara ditempuh para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang dirongrong Belanda-NICA. Bahkan, merekrut kembang desa pun dilakukan untuk menarik mangsa.

Marsilah, kembang desa berusia 16 tahun yang tinggal di Klitren Kidul, Gondokusuman, Yogyakarta memainkan peran itu.

Marsilah memang punya paras yang ayu. Para pemuda desa yang pro Belanda maupun pro republik berebut ingin jadi kekasihnya. Ikhsan, polisi pro-Belanda salah satunya.

Dalam Gelora di Tanah Kraton, Galuh Ambar Sasi bercerita bahwa Ikhsan adalah inspektur polisi yang terkenal kejam. Dia suka menyiksa bahkan membunuh pejuang yang ditangkap. Ia juga juga suka mempermainkan perempuan, punya banyak kekasih, hingga tak segan memperkosa mereka.

"Ikhsan selain pro Belanda juga bukan lelaki baik. Ia sering memperkosa perempuan-perempuan," kata Galuh mengutip Historia.id, Rabu, 15 Juni 2022.

Saat Ikhsan mengajal Marsilah kecan, si gadis menurutinya. Tapi sebelum itu, Marsilah sudah was-was dan tak ingin bernasib sama seperti perempuan korban ikhsan. Marsilah pun menceritakan ajakan itu kepada gerilyawan bernama Kasbun.



"Kebetulan, Kasbun pro republik juga terpesona dengan Marsilah," sambung Galuh.

Kasbun membujuk Marsilah untuk menyetujui ajakan Ikhsan, kendati ia harus menekan perasaan cintanya. Kasbun bahkan membujuk Marsilah untuk terlibat dalam operasi Mapag Penganten, operasi yang dirancang Kasbun dan teman-temannya untuk menjebak Ikhsan. Mereka sudah lama gerah dengan sepak terjang Ikhsan yang membunuh rekan-rekan seperjuangannya.

Operasi dilaksanakan pada 15 Maret 1949. Marsilah, yang akhirnya berkencan, mengarahkan target operasi ke tempat penjebakan. Awalnya mereka berjalan-jalan di sekitar Toko Perak Tjokrosoeharto, Jeron Beteng. Kasbun bersama rekan-rekannya terus membuntuti kencan mereka dengan menyamar sebagai pegawai toko.

Beruntung, tak sedikit pun Ikhsan yang dimabuk asmara menaruh curiga pada Marsilah. Hingga Ikhsan ditangkap Kasbun dan kawan-kawan setelah digiring Marsilah sampai ke Kampung Taman.

Kampung Taman dikenal sebagai markas pejuang di era revolusi. Setiap orang pro Belanda yang masuk ke daerah itu, dipastikan pulang hanya tinggal nama. Begitu pula dengan Ikhsan.

"Ia diseret ke tengah Kampung Taman. Orang-orang mengulik informasi tentang pihak Belanda, lantas membunuhnya," ungkap Galuh.

Para pribumi pro Belanda mendengar kabar kematian Ikhsan. Keesokan harinya, Marsilah beserta ayah dan ibunya, termasuk Kasbun ditangkap lantaran menjadi dalang pembunuhan Ikhsan.

Penyiksaan dengan disetrum hingga pelecehan seksual dialami Marsilah selama di penjara. Marsilah dibebaskan pada 19 Maret 1949 saat Bambang Sungkono, pemimpin kelompok Kasbun, menyerahkan diri.
Sejak itu, si Kembang Klitren itu mendapat kebebasannya kembali. Tapi sayangnya, kisah tentang Marsilah tertimbun di dalam narasi besar sejarah.