RIAUONLINE, PEKANBARU-Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi menilai kurikulum pelajaran rumit kerap membuat anak menjadi frustasi. Ia menyebut, mestinya kurikulum yang dibuat bisa ramah anak.
"Jadi kurikulumnya mohon kurikulum untuk anak. Bukan anak untuk kurikulum. Bisa kurikulum ramah anak, kurikulum kehidupan," paparnya saat berkunjung ke Pekanbaru.
Pria yang akrab disapa Kak Seto menyarankan agar pembelajaran bisa sesuai dengan alam tempat tinggal. Ia tidak ingin kurikulum yang rumit menimbulkan rasa jenuh dan stres terhadap anak.
"Kita melihat pendidikan ini adalah usaha sandaran terbesar. Karena untuk mewujudkan dan mengembagkan potensi anak. Menumbuhkan potensi dari dalam, bukan hanya sekedar mengisi kepala dengan rumus dan sebagainya," paparnya.
Menurutnya, makna pembelajaran itu bagaimana membuat anak bangga kepada dirinya. Para guru juga menyampaikan kepada orangtua jangan membebani anak dengan tugas yang berat. Jangan menekan anak jika bingung dengan mata pelajarannya.
"Tidak semua harus jadi Rudy Habibie. Semua anak cerdas pada bidangnya. Gak semua mesti jadi insinyur. Sekarang anak bisa punya banyak pilihan. Bisa jadi kreator, pengarang, penyiar, reporter, youtuber dan lain sebagainya," ungkap Kak Seto yang juga didampingi Ketua LPA Kota Pekanbaru.
Lebih lanjut ia menyebut, hal penting yakni bagaimana mengedukasi anak bisa tetap sehat agar tidak mudah tertular Covid-19. Menurutnya, itu semua bisa diciptakan dengan suasana yang membuat anak bangga kepada dirinya.
"Termasuk pemahaman belajar itu kan dari tau menjadi tau, dari tidak bisa menjadi biasa.
Isi pendidikan kan bukan hanya IPTEK, tapi ada etika. Anak diajari sopan santun, kerjasama, dan estetika. Semua itu bisa langsung diterapkan dalam kurikulum kehidupan," paparnya.
Kak Seto juga menyarankan agar anak dilindungi dari kekerasan atas nama kurikulum atau atas nama pendidikan. Menurutnya, hak hidup sehat anak paling penting.
"Belajar bisa dengan bernyanyi, menggambar. Menghafal materi pelajaran bisa dipraktikkan dengan sebuah lagu," ujarnya.
Ia pun mencontohkan pelajaran menghafal nama-bama Biologi dengan menyanyikan lagu bintang kecil. Lagu-lagu yang ada bisa dibikin materi pelajaran. Ia menilai, kalau anak yang senang menyanyi, itu menghafal jadi mudah.
"Protozoa, hewan bersel satu, Porifera hewan yang berorpori, Cielenterata hewan yang berongga, cacing itu ya Veremes-lah namanya," Kak Seto menirukan lagu Bintang Kecil.
Menurutnya, pelajaran seperti matematika atau fisika juga bisa diserap dan dipelajari dengan potensi anak yang berbeda. Jika anak senang menggambar bisa diaplikasikan dengan main maping.
"Yang suka bergerak bisa dengan menari. Itu disebut dengan namanya kurikulum manusia.
Karena ini kan sekolahnya manusia, bukan sekolah robot. Kalau sekarang kan seperti kurikulum robot. Robot dibikin program harus begini dan begitu sesuai kurikulum," imbuhnya.