Bertani di Lahan Gambut, BRGM Ajarkan Petani Gunakan Bahan Organik

hari-tani.jpg
(muthi/RIAUONLINE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU – Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Suwignya Utama mengatakan, BRGM bertugas memfasilitasi percepatan pelaksanaan restorasi gambut dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada areal restorasi gambut.

BRGM sendiri merupakan badan lembaga nonstruktural yang dibentuk melalui Peraturan Presiden Nomor 120 Tahun 2020 Tentang Badan Restorasi Gambut dan Mangrove. Salah satu program BRGM adalah peduli dengan petani gambut.

“Problem petani gambut ini yang paling dirasakan adalah kebakaran yang gampang terjadi. Kami dari BRGM mencari solusi bagaimana cara petani gambut bisa bertani dengan cara aman. Barulah kita merumuskan program Sekolah Lapang Petani Gambut,” katanya, Jum’at, 24 September 2021.

Suwignya menjelaskan, Sekolah Lapang Petani Gambut ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2018. Hingga kini, kadernya dari seluruh Indonesia berjumlah 1800-an orang. Sedangkan di Riau sendiri, untuk kadernya berjumlah 500-an orang.



“Yang dipelajari di Sekolah Lapang Petani Gambut ini adalah mentransferkan perilaku petani yang awalnya menggunakan api dalam membersihkan lahan bertranformasi menjadi perilaku petani yang ramah lingkungan,” ujarnya.

Pelajaran lainnya di Sekolah Lapang Petani Gambut ini adalah petani yang awalnya menggunakan pupuk kimia, diajarkan menggunakan pupuk alami buatan sendiri. Sehingga petani gambut aman lingkungan dan bisa menggunakan inovasi temuan-temuan sendiri.

Kader Sekolah Lapang Petani Gambut, Nurkholiq dari Desa Sungai Linau Bengkalis mengatakan, banyak sekali pembelajaran yang diberikan di Sekolah Lapang Petani Gambut ini. Salah satu pembelajaran yang ia terapkan adalah bertani ramah lingkungan yang ternyata bisa berkembang diatas lahan gambut.

“Alhamdulillah dengan sesuatu yang ramah lingkungan, bisa berkembang diatas lahan gambut. Yang tadinya sulit dilakukan, akhirnya bisa berhasil dan menikmati hasilnya yang tidak kalah dengan perlakuan pupuk kimia,” pungkasnya.