Mengenal Tika Ayu, Juru Bahasa Isyarat di Polda Riau

Tika-Ayu.jpg
(istimewa)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Wajah manis perempuan asal Rokan Hilir ini kini tidak asing lagi di tengah masyarakat. Ia selalu hadir dalam frame lensa wartawan saat konfrensi pers yang di gelar Kepolisian Daerah Riau.

Ya..Tika Ayu namanya, kerap terlihat sebagai juru bahasa isyarat (JBI) di Polda Riau.



Tika Ayu saat ini masih sibuk menyelesaikan strata satunya Fakultas Dakwah dan Komunikasi di UIN Suska Riau. Sembari mengisi waktu kuliah, Perempuan berusia 22 tahun ini juga aktif di organisasi kampus.

Kini Tika muncul sebagai juru bahasa isyarat setelah aktif di komunitas tuli.

Kutilang. Begitu nama komunitas tersebut yang merupakan singkatan dari Komunitas Tuli Lancang Kuning Riau.

Ketertarikannya pada komunitas tuli bukan tanpa alasan. Cerita ini berumula saat kekagumannya pada para juru bahasa isyarat (JBI) yang kerap muncul di pemberitaan TVRI.

“Dulu kalau nonton berita TVRI lihat yang pojokan bagian bawahnya itu ada JBI. Dulu nggak tau kalau namanya JBI, tapi ngelihatnya kok keren kali. Aku sampai bilang ke diri, kalau ada yang ngajarin, aku mau lah. Aku sampai belajar dari youtube juga,” katanya sembari tersenyum kepada RIAUONLINE.CO.ID, Minggu, 29 Agustus 2021.

Tika lalu mencari informasi di sosial media tentang komunitas tuli di Riau, khususnya di Kota Pekanbaru. Dari sosial media, ia menemukan akun instagram Kutilang.

“Entah diakhir 2019 atau diakhir 2018, aku mulai bergabung di Kutilang. Ternyata apa yang aku pelajari dari youtube, mereka malah nggak paham. Di situ aku menemukan, kalau kita mau belajar itu nggak boleh serampangan. Harus belajar dari sumbernya. Langsung interaksi sama teman tuli bagusnya. Kalau belajar dari youtube, nggak ada yang koreksi kita,” ujarnya.

Terlibat di Kutilang membuat Tika belajar banyak hal baru. Ia kian semangat untuk melakukan banyak hal lebih baik lagi. Walaupun lama terlibat di komunitas, ia merasa masih banyak kurang dalam hal berinteraksi dengan teman tuli.

“Karena aku merasa masih malu dan segan. Tapi aku tetap berusaha untuk terus belajar biar aku bisa ngobrol-ngobrol dengan teman tuli,” ucap Tika.



Meski merasa masih kurang ilmu, Tika berusaha untuk mengajak teman tuli berkomunikasi, walau pada awal berkomunikasi, ia tidak menggunakan bahasa isyarat melainkan menuliskan kata-kata via handphone.

“Ditulis di hp apa yang mau diomongkan, kadang mereka jawabnya tetap pakai bahasa isyarat. Aku mencoba untuk mengerti apa yang mereka sampaikan, lama-lama mulai paham. Kalau ada yang nggak aku pahami, aku minta tolong mereka untuk ulangi lagi,” jelasnya.

Maret 2020, pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia. Untuk membuka aksebilitas, banyak Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang membutuhkan penyedia bahasa isyarat. Karena penyedia JBI di Riau khususnya di Kota Pekanbaru masih belum banyak, Kutilang dipilih untuk terlibat.

Dari komunitas mengusulkan nama sebagai JBI, nama dirinya salah satu yang diusulkan, tapi karena masih merasa tidak percaya diri, Tika menolak. “Walau nolak, bukan berarti berhenti untuk belajar. Aku belajar terus,” katanya.

Di akhir Desember 2019, Polda Riau juga membuat aksebilitas untuk teman tuli. Kutilang diajak terlibat. Lagi-lagi nama Tika diusulkan. Sempat menolak juga, tapi founder Kutilang terus menyemangatinya.

“Aku bilang malu karena nggak pernah ke foundernya. Terus foundernya baik banget bilang gini, kalau nggak dicoba-coba ya nggak akan pernah. Udah coba aja, namanya belajar."

"Dari situlah mulai jadi JBI. Mungkin Januari 2021 atau akhir desember 2020 mulai jadi JBI di Polda Riau," dia menambahkan.

Diberi kesempatan menjadi JBI membuat seorang Tika Ayu bersemangat terus belajar. Ia tidak pernah merasa puas atas apa yang dicapai selama ini. Baginya, ilmu yang ada masih sangat kurang.

“Berterimakasih banget sama Kutilang karena udah ngasih kesempatan untuk belajar,” pungkasnya.