RIAUONLINE, PEKANBARU - Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Syamsurizal mengkritik keras lomba karya tulis yang diadakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Lomba yang diadakan dalam momentum hari santri dan peringatan hari kemerdekaan ini justru membenturkan dua nilai tersebut.
"Lomba karya tulis BPIP malah menimbulkan kesan islamophobia, kesannya mengadu domba nasionalisme dan Islam," jelas Syamsurizal, Minggu, 15 Agustus 2021.
Sebagai mitra komisi II, Syamsurizal mengingatkan dengan tegas agar BPIP kembali ke khitah sesuai tugas pokok dan fungsinya sebagaimana tertuang di Perpres no 7 tahun 2018.
"Fokus saja di fungsinya, Jangan bermain di pinggiran, apalagi recehan yang justru menurunkan image BPIP di masyarakat. Fokus saja di substansi tugas," tegasnya.
Ketua DPW PPP Riau ini juga mengingatkan bahwa BPIP itu tugasnya diam-diam, tak perlu cari panggung. Seharusnya, BPIP membantu presiden merumuskan arah kebijakan ideologi Pancasila, seperti halnya Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
"Peran BPIP seharusnya muncul dengan memberikan rumusan kebijakan pembinaan ideologi Pancasila. Apalagi di tengah situasi Pandemi ini, dengan sikap Pancasilais-nya bisa memberikan perhatian serius untuk kepentingan bangsa dan negara," paparnya.
Menurutnya, nilai-nilai keislaman dan kebangsaan tak perlu lagi diutak-atik apalagi seolah dibenturkan satu sama lain. Jika terjadi, political cost-nya sangat mahal.
"Kita kan sudah kondusif, hubungan Islam dan Pancasila pun sudah final. Jangan dikutak-katik dan dipertanyakan. Publik justru merespon mereka membuat kegaduhan, tidak bisa kita pungkiri, umat ini jumlahnya banyak. Kalau dibuat hal yang sensitif tentu ramai," jelasnya lebih jauh.
Menurutnya lomba menulis ini justru berendensi BPIP menyangsikan komitmen Islam terhadap kebangsaan dan ke-indonesiaan. Padahal hal ini sangat tidak beralasan.
"Santri itu setiap pagi apel, menaikkan bendera merah putih dan menyanyikan Indonesia Raya. Kok diangkat-angkat tendensi semacam itu," tegasnya.
Diketahui, BPIP mengadakan lomba karya tulis memperingati hari santri dengan dua tema tulisan yakni hormat bendera menurut hukum Islam dan menyanyikan lagu kebangsaan menurut hukum Islam.
Tak pelak hal ini direspon negatif oleh publik yang menganggap lomba ini membenturkan nilai keislaman dan kebangsaan.