Budayawan: Kekerasan dan Premanisme Bukan Ciri Masyarakat Melayu Riau

Patroli-Premanisme-di-Pekanbaru.jpg
(Ujang Vandora)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Miris. Kata itu terlontar dari budayawan Melayu Riau, Hang Kafrawi, melihat fenomena di Riau belakangan ini tercoreng oleh aksi-aksi kekerasan secara fisik maupun psikis atau premanisme.

Hang Kafrawi mengatakan, tindakan dan perilaku tersebut jelas-jelas sangat jauh dari budaya Melayu sebagai akar jati diri masyarakat Riau.

"Budaya Melayu dan nilai-nilai keislaman itu sudah mulai hilang," ungkap Hang Kafrawi, Jumat (11/6/2021).

Akademisi Universitas Lancang Kuning (Unilak) mengatakan, kondisi tersebut terjadi di anak-anak muda. Meski belum mengadakan penelitian secara objektif, namun subjektifitas amat terasa saat ini.



"Terasa betul, generasi muda mulai kehilangan ajaran dari nilai-nilai budaya dan agama, kehilangan petunjuk. Padahal agama dan budaya menyediakan hal itu," ujarnya.

Ia menyebut, masa muda adalah waktu untuk menunjukkan eksitensi diri. Jika tidak bisa dikelola dengan saluran positif, seperti kesenian atau olahraga, maka mereka beralih ke saluran negatif, termasuk dengan jalan kekerasan dan kriminalitas serta premanisme.

"Dengan beraktivitas, misalnya seni atau olahraga, bakat mereka tersalurkan. Ini kan mereka tidak ada tempat untuk menampakkan eksistensi mereka. Jadi akhirnya lari ke arah kejahatan, kriminal (premanisme)," jelasnya.

Hal ini terlebih lagi di masa pandemi dimana kegiatan sosial dibatasi. Tak ayal ruang kreasi pun kian sempit. Menurutnya, harus ada tempat bagi generasi muda untuk melakukan aktivitas positif.

"Ini tugas kita bersama untuk membuat kelompok remaja yang bisa menyalurkan keinginan mereka. Apalagi di masa pandemi dimana tidak diperbolehkan sekolah dan kuliah, jadi tidak dapat betul memantau anak muda ini," pungkasnya.