RIAU ONLINE, PEKANBARU-Namanya Khairinnisha Maharani Puteri. Biasa disapa Nisa atau Ica. Dengan setelah jilbab hitam dan baju hijau lumut, ia tersenyum ramah.
Putri Bahari Riau 2019 ini bercerita banyak hal, tidak hanya seputar dunia bahari di Riau, tapi juga seputar kehidupan pribadinya yang mengantakan seorang Nisa hingga menjadi sosok tangguh.
Kehidupan masa lalu membuat seorang Nisa harus benar-benar berusaha untuk bangkit. Harus benar-benar berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa ia tidak seperti apa yang orang-orang katakan tentang dirinya. Bahwa ia jauh lebih baik dari apa yang orang sangka perihal dirinya.
“Nggak mudah untuk harus berdiri lagi, jatuh lagi, tapi itu semua memang proses yang harus dijalanin,” katanya dengan mata berbinar.
Dunia putih biru adalah dunia yang menjadi titik balik seorang Nisa agar terus bisa berkembang. Duduk dibangku menengah pertama dimana seharusnya ia bisa tertawa dan belajar banyak hal, tapi justru ia harus memendam luka yang dalam.
Luka yang mengantarkan seorang Nisa harus berusaha kuat. Luka yang juga menjadi titik balik baginya untuk menjadi sosok seperti saat ini.
Khairinnisha Maharani Puteri
Sembari memperbaiki duduknya, Nisa bercerita, saat SMP, temennya hanya dua orang. Ia sempat dibully oleh seorang cowok hingga nangis. Cowok itu ngatain Nisa jelek dan harus menjauh darinya.
“Pergilah sana, kau itu jelek, kata cowok itu. Tapi pas awal kuliah, si cowok malah kaya hampir deketin sambil bilang ‘keren ya nis sekarang. Sibuk juga’. Aku Cuma bisa tertawa,” ujar Nisa sembari tertawa.
Tak sampai disitu, perlakuan teman-teman sekelasnyapun kadang membuat hatinya teriris. Pernah dirinya dikata-katain dipapan tulis kelas. Di papan tulis itu dibilang ‘Nisa sok cantik’ dan lain sebagainya. Nisa mengaku, saat itu ia nangis, tapi satupun nggak ada yang peduli.
Gadis kelahiran 1 Oktober 2000 itu juga mengatakan, dirinya pernah dilabrak kakak kelas dan yang bikin ia tidak menyangka, kakak kelas yang ngelabrak itu senior dirinya di kampus saat ini.
“Enak banget ngelihatin dia. Rasanya pengen ngomong, ini aku yang kau bully dulu.”
Nisa mengakui, saat SMP ia memang sama sekali tidak bisa merawat diri. Kulitnya berjerawat dengan tubuh kurus yang mungkin menjadi sasaran empuk bagi pembully. Sembari membenarkan duduknya, Nisa kembali melanjutkan cerita.
Gadis itu mengatakan, puncak yang bikin ia down itu saat pengumuman kelulusan Ujian Nasional (UN). Ia mendapatkan nilai terendah. Dua dari bawah. Gadis berparas manis itu mengaku sempat dimarahin kedua orang tuanya, padahal salah satu penyebabnya adalah pembullyan yang ia alami.
“Aku nggak cerita ke orang tua kalau aku di bully,” tuturnya.
Memasuki bangku putih abu-abu, Nisa masuk di salah SMA Swasta di Dumai. SMA yang dikenal dengan anak-anak nakalnya. Lagi-lagi hal ini membuat dirinya semakin diremehkan, tapi setelah lulus SMP itu, Nisa benar-benar mengatakan ke dirinya bahwa ia harus berubah. Bahwa ia harus bisa menjadi lebih baik dari sangkaan orang dimanapun ia bersekolah.
“Semacam titik balik yang dimana aku harus membeli muncung-muncung mereka dengan prestasi.”
Saat SMA itu, ia mulai ikut paskibraka, diutus Purna Paskibraka Indonesia 2016 di Kota Dumai, Juara 1 Cerdas Cermat 4 pilar 2017, jadi Ketua MPK. Mulai kuliah, mulai dapetin juara nyanyi solo, jadi Duta Fisip UNRI, perwakilan Riau ke Jakarta sebagai Putri Bahari Riau 2019, perwakilan Riau ke Bali, dan lain sebagainya.
“Diajakin siaran radio. Waktu itu green radio. Trus sekarang jadi presenter di RTV bawain acara musik. Semua yang aku dapetin sekarang itu, aku nggak minta, nggak ngelamar kerja, tapi Alhamdulillahnya, ada aja yang nawarin. Bersyukur banget,” katanya dengan mata berbinar.
Untuk sampai dititik ini, bukan hal yang mudah bagi seorang Nisa. Jatuh bangun perjalanan hidup yang ia alami. Disaat down, ia menyendiri terlebih dahulu, lalu kemudian baru kembali melangkah. Salah satu hal yang membuat Nisa menjadi seperti saat ini adalah, ia punya target dan goals dalam hidupnya. Termasuk soal merubah penampilan diri.
Nisa punya buku khusus dimana ia menuliskan target hidupnya pertahun, perbulan, bahkan perminggu, dan perhari. “Dicatatin. Karna kalau dibiarin gitu aja, hidup mau gimana. Justru dengan adanya target, kita bisa mengevaluasi diri,” pungkasnya.