Afrianto Daud Beberkan "Bahaya" Belajar Daring, Namun Utamakan Keselamatan

Belajar-tatap-muka27.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pengamat Pendidikan, Afrianto Daud memilih agar anaknya tetap belajar di rumah meskipun sekolah tatap muka terbatas dicanangkan akan dilaksanakan Februari 2021 nanti. 

 

"Yang terpenting itu keselamatan. Jadi meskipun ada banyak sekali keluh kesah terhadap pembelajaran daring, tetap jangan lupakan keselamatan. Mengapa harus buru-buru ke sekolah ketika keamanannya belum memungkinkan?," katanya. 

 

Namun, meskipun memilih agar anaknya tetap belajar di rumah,  lulusan Monash University Australia membeberkan beberapa kekurangan belajar via daring dan bahayanya jika terus dilakukan dalam jangka panjang.

 

Menurut Afrianto, belajar daring bisa berdampak pada learning lose atau kehilangan kesempatan untuk belajar. Yang pasti kurikulimnya tidak akan maksimal karena  berbeda antara daring dan luring. 

 

Banyak peneliti yang menemukan itu. Bahkan ada seorang peneliti yang mensimulasikan nilai PISA Indonesia turun delapan poin dalam kurun beberapa bulan pandemi ini. 

 



"PISA sendiri merupakan metode penilaian internasional yang menjadi indikator untuk mengukur kompetensi siswa di tingkat global," ujarnya. 

 

Lebih lanjut, Afrianto mengatakan, jika pembelajaran daring ini dilaksanakan dalam jangka panjang, ada kekhawatiran yang akan terjadi pada perkembangan anak didik dari tiga aspek.

 

"Yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang akan jauh menurun," katanya. 

 

Afrianto menjelaskan, penurunan kognitif sudah terlihat dari penurunan poin PISA Indonesia dalam rangking dunia. Juga afektif (perilaku) anak didik yang tidak terkontrol setiap harinya berbeda dari saat anak didik berada di sekolah.

 

 

Sedangkan motorik, Afrianto mencontohkan kebutuhan penguatan skill bagi anak didik. " Namun sayangnya, banyak skill yang hanya bisa dlakukan secara langsung di laboratorium alias praktik. Tidak bisa secara daring," pungkasnya.