RIAU ONLINE, PEKANBARU - Ramainya simpang empat jalan Soekarno Hatta yang sangat strategis dengan jejeran mal besar di Pekanbaru membuat lokasi ini menarik perhatian maysarakat. Jika diperhatikan, tepat di samping mal SKA terdapat sebuah tempat wisata terbuka yang unik melibatkan sejumlah kuda bernama Horse Power Tambusai.
Tempat wisata ini resmi didirikan oleh Aldo Nugraha dan 3 rekan lainnya pada tahun 2019. Horse Power Tambusai memiliki jargon Sport, Food and Relax. Sebab tempat wisata ini menyediakan fasilitas olahraga berkuda dan tempat makan serta bisa sambil besantai menikmati pohon-pohon jati berdaun lebar penyumbang oksigen di tengah kota.
Sebelumnya, kegiatan berkuda ini sudah lama ada di sebuah pesantren tepatnya di Desa Okura, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Riau.
Aldo, mengungkapkan, Riau sudah pernah menjadi tuan rumah acara nasional sebanyak empat kali dan acara internasional satu kali di Desa Okura. Acara tersebut dihadiri atlet-atlet professional dari berbagai provinsi dan mancanegara.
“Kami asik bermain sendiri di Desa Okura, sudah dibuat acara ternyata masih banyak masyarakat yang tidak tahu tentang kuda dan keberadaan kuda di Riau, maka kami bawa ke tengah kota,” kata Aldo.
Aldo, mengaku, sudah mengincar lokasi Horse Power Tambusai saat ini selama 11 tahun sejak tahun 2008. Tahun 2018 Aldo dan rekan-rekan akhirnya bisa menemui pemilik tanah. Ia menyampaikan maksud dan tujuan menggunakan lahan tersebut.
“Paling hebatnya, tanah ini sudah di wakafkan (disumbangkan sebagai hak pakai) pemilik tanah untuk kami,” ucap Aldo.
Padahal, lokasi tanah strategis tersebut sudah banyak ditawar oleh pengusaha-pengusaha besar dari Indonesia dan luar Indonesia.
Adanya kegiatan berkuda di tengah Kota Pekanbaru ini dimaksudkan untuk membuka wawasan dan pengetahuan masyarakat Riau terhadap olahraga berkuda.
“Saat kami berlatih ternyata banyak yang datang dan melihat, tapi kami tidak mungkin mengusir orang yang datang. Jadi, sebagai bentuk etika kami harus masuk ke ranah wisata dan berdirilah Horse Power Tambusai,” ceritanya.
Saat ini, Horse Power Tambusai baru bisa memfasilitasi wisata berkuda, memanah dan kuliner karena masih dalam proses pengembangan.
Meski belum banyak fasilitas terbangun seperti impian Aldo masyarakat menyambut antusias keberadaan Horse Power Tambusai. Sehingga para atlet harus mengatur dan menaati jadwal latihan.
Horse Power Tambusai memiliki 6 perawat kuda yang juga berprofesi sebagai atlet. Koleksi kuda Horse Power Tambusai terdiri dari jenis yang berbeda-beda.
Ada kuda kuturunan Arab, Jerman, Australia, Sumbawa dan jenis lokal. Berkembangnya kuda di Riau sudah ada sejak zaman Presiden Soeharto karena ada program penitipan induk kuda di berbagai provinsi di Indonesia.
Horse Power Tambusai membuka sekolah berkuda. Harga ditawarkan yaitu Rp 2 juta per orang dengan 8 kali pertemuan durasi 45 menit. Sejauh ini sudah ada 70 orang terdaftar mengikuti sekolah berkuda.
“Jadi berkuda di Horse Power Tambusai harus tepat waktu, harus antri dan harus reservasi terlebih dahulu,” ucapnya.
Selain itu, para atlet juga kerap mengalah jika ada yang datang untuk berwisata. Hampir setiap hari selalu ada pengunjung. Terlebih saat akhir pekan pengunjung sangat ramai.
Bagi yang hanya sekedar wisata tetap bisa menunggangi kuda. Kuda akan dituntun oleh pengelola. Kuda yang digunakan merupaka kuda atlet. Untuk satu putaran menunggangi kuda dikenakan biaya Rp. 35 ribu.
“Harapannya dengan ada yang berwisata terdapat orang yang berniat mendalami olahraga berkuda,” ujarnya.
Kuda tersedia di Horse Power Tambusai sebanyak 13 ekor. 15 ekor kuda atlet lainnya terdapat di Desa Okura. Aldo, menyatakan, kuda-kuda ini merupakan hasil ternak pribadi. Kuda-kuda tersebut pun langsung dilatih oleh para atletnya.
Tempat wisata ini juga menyediakan lokasi memanah.
Paket wisata memanah disediakan Horse Power Tambusai yaitu Rp 25 ribu.
Pembangunan dan pengadaan fasilitas Horse Power Tambusai menghabiskan modal hingga milyaran rupiah meski tanah sudah bersifat hasil wakaf dari seorang dermawan.
Harga kuda saja sudah dibandrol sekitar Rp 150 juta per ekor. Proses meratakan tanah memerlukan bantuan alat berat yang harus disewa dengan biaya tidak sedikit. Selain itu, tempat wisata ini juga harus memenuhi kebutuhan fasilitas seperti toilet dan bangunan lainnya juga membutuhkan modal besar.
“Usaha tempat wisata seperti ini kalau hanya Rp 1 milyar gak berasa,” ujarnya.
Aldo, menyampaikan, mendirikan tempat wisata di tengah kota dengan konsep alam terbuka memiliki tantangan tersendiri. Horse Power Tambusai sempat kehilangan beberapa peralatan akibat dicuri orang.
Saat kuda dipindahkan ke lokasi Horse Power Tambusai juga menjadi tantangan untuk melatih kuda agar terbiasa dengan lingkungan baru. Sebab lokasi saat ini sangat ramai dan asing bagi kuda pindahan dari Desa Okura.
“Kuda menolak perintah, apalagi saat melihat dan mendengar suara kendaraan kuda sangat kaget hingga berlari ke kandangnya” ujarnya.
Namun, keadaan ini harus terus dilatih agar kuda terbiasa dan merasa nyaman.
Dengan lahan seluas 7,8 hektar rencananya Horse Power Tambusai akan mengembangkan tempat wisata dengan menyediakan lokasi berkemah modern sebab lokasi di tengah kota.
“Jadi bisa ngecas HP dan bisa nonton TV, ala-ala berkemah berkelas bintang lima,” ujarnya.
Aldo juga merangcang Horse Power Tambusai akan difasilitasi kebun binatang mini, tempat bermain anak, flying fox, motor roda empat ATV dan kolam renang.
Aldo berharap adanya Horse Power Tambusai bisa bermanfaat bagi masyarakat dan bisa lebih mudah menjaring calon-calon atlet berkuda dari Riau sebagai bentuk pengkaderan cabang olahraga berkuda.