RIAUONLINE, PEKANBARU - Tampilan calon Wakil Bupati Indragiri Hulu asal Paslon lima, Yoghi Susilo menyita perhatian di debat kandidat tadi malam(11/11).
Alih-alih menggunakan pakaian Melayu dan tanjak, Yoghi Justru menggunakan batik dan Blankon yang merupakan pakain dan tutup kepala khas suku Jawa.
Tidak hanya menggunakan pakaian Jawa, Yoghi juga sempat menggunakan bahasa Jawa ketika berbicara di penutup debat kandidat malam tadi.
"Kabeh Paslon minongko wibowo, nanging ono sing nggowo perubahan. Ojo lali Desember tanggal songo, pilih Ridho nomor limo" ujar Yoghi dengan logat khas.
Kalimat itu sendiri jika diterjemahkan bebas kurang lebih berarti "semua Paslon mungkin berwibawa, tapi ga ada yang bawa perubahan. Jangan lupa Desember tanggal sembilan, pilih Ridho nomor lima"
Pengamat Komunikasi Politik, Aidil menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Yoghi Susilo ini merupakan teknik komunikasi politik untuk mengait simpati.
"Saya rasa itu simbol komunikasi politik yang memiliki makna tersirat, Selain itu ya untuk menarik simpati dari masyarakat Jawa yang mungkin menurutnya banyak di Inhu"
Aidil menjelasakan agar hal ini tidak ditarik ke konteks SARA karena ini merupakan strategi yang dari paslon untuk menarik perhatian dan simpati dari partisipan dengan menggunakan politik identitas.
"Selama tidak black campaign, tidak negative campaign sah saja menggunakan politik indentitas.
Penggunaan simbol-simbol yang terkait politik identitas ini disebutnya bisa sangat berpengaruh terhadap kecenderungan pemilih.
"Ketika kita berupaya menjiwai kultur dan nilai yang dimiliki satu kelompok tertentu maka mereka akan merasa mendapat perhatian dengan penggunaan simbol yang sudah dianggap sebagai nilai ini" jelasnya.
Aidil menjelaskan sebetulnya kondisi Indonesia yang heterogen sangat memungkinkan terjadinya politik identitas dengan catatan dilakukan secara benar dan elegan.
"Kita mungkin belum siap dengan kondisi demokrasi yang sebenarnya, padahal itu yang menarik" ujarnya.
Ia juga menyebut sang Calon Bupati yang mengenakan pakaian Melayu dan tanjak juga strategi cerdas yang membuat pemilih Melayu tetap tidak merasa ditinggalkan.