Sempat Takut dan Ditentang, Abrar Serahkan Raga Rawat Pasien Covid-19

Nakes6.jpg
(Hidayatul Fitri/Riau Online)

Laporan : Hidayatul Fitri

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Menjadi tenaga kesehatan, khususnya yang merawat pasien corona bikin nyali ciut.

Hal ini juga dialami, Abrar, seorang pejuang garda terdepan selaku perawat petugas COVID-19 rumah sakit di Pekanbaru, Riau.

Awal menjadi seorang petugas COVID-19 ia mengaku sempat takut mengemban tugas kemanusiaan ini sebab COVID-19 merupakan penyakit yang baru terdeteksi dan belum memiliki vaksin.

“Saya juga berfikir akan sulit dan takut saat menerima tugas ini,” katanya.

Abrar mengaku sempat ditentang oleh orangtua untuk menjadi petugas COVID-19.

Keraguannya juga bertambah karena sehari-hari ia tinggal bersama orangtua.



Tinggal bersama orangtua menjadi pertimbangan berat baginya sebab usia orangtua yang sudah lanjut ditakutkan memiliki imunitas (daya tahan tubuh) yang rendah sehingga tidak mampu bertahan jika terpapar COVID-19.

Awal mewabahnya COVID-19 saat itu belum ada kepastian untuk tempat tinggal khusus seperti hotel yang disediakan pemerintah bagi para petugas COVID-19.

“Awalnya belum jelas karena menunggu anggaran pemerintah dengan sistemnya yang dalam prosesnya cukup memakan waktu,” kata Abrar.

Namun, seiring berjalannya waktu dengan berbagai negosiasi dan adanya fasilitas tempat tinggal seperti hotel untuk petugas COVID-19 dan APD (Alat Pelindung Diri) maka ia menerima tugas tersebut.

Bagi Abrar menjadi petugas COVID-19 adalah sebuah sumpah yang harus dilaksanakan sebagai seorang perawat.

“Sebagai petugas kesehatankan saya disumpah, jadi dalam menjalankan sumpah tersebut maka saya merasa harus menjadi petugas COVID-19 disaat seperti sekarang ini,” ujarnya.

Sejauh ini, pemerintah sudah membantu memfasilitasi petugas COVID-19.

 

“Selain insentif kami beruntung bisa difasilitasi banyak hal seperti hotel, makan, vitamin dan perlengkapan lainnya,” katanya.