Kisah Penggali Kubur Jenazah Covid-19 Pekanbaru: Siaga 24 Jam Hingga Insentif Belum Dibayar

Penggali-makam.jpg
(RAHMADI DWI/Riau Online)

Laporan: Sigit Eka Yunanda

RIAUONLINE, PEKANBARU - Selain tenaga dokter dan perawat, ada satu profesi yang sering tidak kelihatan dalam penanganan Covid 19. Mereka adalah para penggali makam jenazah covid 19.

Sehari-hari mereka siaga nyaris 24 jam menyiapkan Pemakaman bagi jenazah covid 19. setidaknya tujuh makam harus digali setiap hari guna mengantisipasi jenazah. Menggunakan hazmat dengan protokol kesehatan ketat tentu bukan pekerjaan mudah.

Meski demikian sering kali profesi ini tidak diperhatikan selayaknya nakes.

Hal ini diceritakan oleh Subhan Zain, seorang tenaga penggali makam Covid 19 di pemakaman TPU Tengku Mahmud, Rumbai Pekanbaru yang kesehariannya bergelut dengan jenazah korban covid 19.

"Jam 8 pagi sampai jam 4 sore menggali kubur, tapi ketika menggali ada yang masuk jadi kami tutup dan gali kembali. Terkadang ada yang masuk malam, harus kita kuburkan saat itu. Bahkan ini saya belum tidur, baru menguburkan jam 4 subuh," katanya.

Ia mengaku pernah mendapat penolakan dari masyarakat saat pulang ke rumah. Warga takut profesinya sebagai penggali kubur jenazah Covid-19 ini bisa membawa virus. Namun ia meyakinkan bahwa prosesi pemakaman ini sudah menggunakan prosedur kesehatan.

Bahkan ia masih ingat, pertama kali menguburkan jenazah Tanggal 9 April 2020 Ia menguburkan sendirian tanpa rekan karena takut dengan Covid.



"Jenazah pertama saya kubur sendirian, pergi jam 5 sore pulang jam 8 pagi hanya diterangi lampu motor," katanya.

Dalam bekerja ini, ia menggunakan hazmat sekali pakai sebagai pengaman standar, ini membuat kesulitan sendiri sebab gerah dan berat.

"pakaian pengamannya berat dan panas, kalau malam saja seperti mandi keringat," jelasnya.

Tantangan lain yang sering dihadapi oleh tim penggali makam adalah keluarga yang tidak terima dengan protokol pemakaman lain.

"Banyak keluarga yang sering tidak terima bahkan ada yang mencoba mendekat. Ada yang memaksa mengadzankan di liang lahat. Sebisa mungkin kami tetap ingatkan untuk kebaikan mereka semua."

Atas segala tantangan ini, ternyata hak-hak ekonomi mereka belum dipenuhi sepenuhnya, instentif covid-19 sempat dijanjikan belum pernah cair.

"Sebetulnya membicarakan insentif ini agak sulit ya, sudah 6 bulan lebih tapi alhamdulillah belum pernah cair," ujarnya.

Ia berharap agar pandemi corona ini lekas selesai agar ia bisa kembali ke pekerjaan lama.

"Masyarakat sering beranggapan bahwa kami semakin mendapat untung setiap ada korban meninggal akibat covid. padahal tidak, Kami hanya menjalankan tugas. Jujur saja, kami ingin pandemi ini lekas selesai," katanya.

ia ingin masyarakat dapat lebih dewasa dan sadar akan kewajiban menjaga diri dari covid.

"Kita ikuti protokol kesehatan, pakai masker, kurangilah minum kopi, ke mall, kita yang harus menjaga diri kita sendiri. kalau kita sampai terkena covid semua pasti kesulitan," di berpesan.