(istimewa)
Minggu, 27 September 2020 11:38 WIB
(istimewa)
Laporan : Hidayatul Fitri
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Teater Selembayung berdiri pada tanggal 10 Agustus 1996 di bawah naungan Fakultas Sastra Universitas Lancang Kuning, Riau. Sanggar ini berdiri secara independen dan hengkang dari kampus pada tahun 2003.
Mulanya Teater Selembayung merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Sejak menjadi UKM Teater Selembayung kerap tampil diberbagai kota di Indonesia seperti Yogyakarta, Bandung, Jakarta dan kota besar lainnya bahkan hingga ke Malaysia.
Tahun 2005 UKM yang telah melepaskan ikatan dengan universitas kemudian didaftarkan ke badan hukum menjadi Lembaga Teater Selembayung.
Fedli Azis, pria kelahiran 1976 sudah menjadi ketua Lembaga Teater Selembayung sejak tahun 2005. Sekretariat tetap lembaga ini berada di Jalan Rukun No.21, Kelurahan Tangkeran Utara, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Riau.
Bagi Fedli, dunia teater adalah salah satu percabangan seni yang berbicara tentang edukasi di luar kesenian populer.
Teater mengandung banyak unsur seperti kontrol sosial dan banyak hal yang berfungsi untuk menggali potensi yang ada dalam diri seseorang agar lebih sensitif terhadap persoalan lingkungan, sosial, dan lain sebagainya.
Baca Juga
Teks naskah berisi informasi meski bersifat fiksi, tetapi berangkat dari realita yang ada.
“Teater seolah memindahkan berbagai kisah dunia yang luas ke dunia yang kecil yaitu panggung,” katanya.
Tema yang diangkat untuk ditampilkan biasanya berdasarkan persoalan masyarakat. Teater Selembayung juga kerap mengangkat naskah dari luar negeri berupa riset teks yang diadaptasi.
Tantangan yang paling dirasakan yaitu manajemen pemasaran karya. Pemasaran ini dalam bentuk mencari sponsor, kerjasama dan penjualan tiket saat melakukan pementasan independen.
Banyaknya prestasi dan penghargaan diukir tak lantas membuat Teater selembayung terlena. Bagi Teater Selembayung, apresiasi masyarakat menjadi penghargaan paling bermakna.
“Kami masih mendapat tempat di tengah masyarakat, masih banyak yang menonton saat tampil adalah penghargaan tertinggi bagi kami,” ujarnya.
Rencana kedepannya akan terus berkarya dan mendekatkan diri kepada masyarakat untuk menggali isu yang dapat diangkat menjadi sebuah karya.
“Yang kita butuhkan saat ini mengembangkan teater memiliki nilai positif bagi masyarakat,” katanya.
Fedli berpesan bagi pegiat teater untuk terus berkarya, sebab peluang festival internasional saat ini cukup besar. Selian itu, ia juga beraharap agar karya yang ditampilkan bisa mewakili suara hati masyarakat.
“Kita berkarya untuk kemanusiaan,” pungkasnya.