Sisi Kelam Panti Jompo di Pekanbaru

lansia-1.jpg
(muthi)

Laporan : Muthi Haura


Kadang kita terlalu sibuk untuk tumbuh dewasa dan lupa bahwa orang tua kita juga beranjak tua – Aqessa Aninda


RIAUONLINE, PEKANBARU - Jalan Kharuddin Nasution tampak ramai, kendaraan roda dua maupun roda empat lalu lalang. Disamping Rumah Makan Nurdin, sebuah bangunan Panti Jompo berdiri dikelilingi pagar.

UPT PSTW Khusnul Khotimah, begitu nama Panti Jompo tersebut. Warna cat bangunannya tampak memudar.

Dibagian bawah dinding bangunan, catnya menggelupas. Suara musik berbunyi kencang memekakkan telinga. UPT PSTW Khusnul Khotimah sendiri, terdiri dari beberapa wisma yamg ditinggali oleh kakek dan nenek renta berjumlah empat sampai lima orang.

Berhenti tepat di depan Wisma Anggrek, seorang nenek menyapa dengan ramah. Sembari duduk di teras wisma, nenek yang biasa disapa Susi ini bercerita pengalamannya saat tinggal di UPT PSTW.
Susi mengatakan, suara musik ini hampir ada setiap hari. Hal ini tentu saja mengganggu dirinya.

“Pramulansia karaokean tiap hari, jadi kita nggak bisa istirahat,” katanya dengan raut wajah sedih.

Susi bercerita bahwa ada salah satu pralamunsia kerjanya menjerit-jerit terus siang malam, karna sakit, jadi udah terganggu juga tidur Susi dan lansia-lansia lainnya.

Siangnya, ada pula lima sampai enam pramulansia masuk kamar, kemudian bercerita dengan suara besar. Susi mengaku sudah pernah mengingatkan pralamunsia tersebut.

“Tolonglah hargai kami orang tua ini tidur. Saya ni punya sakit. Gak mau dia. Sampai saya pernah ancam, kalian kalau masih mau ribut di sini, aku siram pakai air cabe. Siramlah aku nggak takut, kata pralamunsia itu,” cerita Susi kesal.

Susi akhirnya memberitahu kepada Kepala Panti, "Kepala Panti kemudian turun tangan dan meminta para pralamunsia jika ingin ribut, di aula saja. Tapi akhirnya, kaya gitulah kejadiannya, dibikinnya karaoke besar-besar begitu sampai nanti jam empat sore.” ujarnya.

Setelah asik bercerita, Susi mengajak memasuki Wisma Anggrek untuk berkeliling. Tidak banyak perabotan di Wisma Anggrek, hanya ada sofa hitam usang dan beberapa perabotan lainnya.

Beberapa bagian di lantai Wisma, tampak rusak dan berlobang. Hal ini tentu saja bisa membahayakan bagi lansia-lansia, apalagi jika memiliki penyakit seperti diabetes.

Memasuki kamar mandi, bak kamar mandi berwarna pink tampak rusak dibeberapa bagian.



Pinggirannya hitam kotor. Susi mengatakan di dalam bak kamar mandi ini, kerap kali dimasuki tikus. Air inilah yang dijadikan para lansia untuk mandi, BAK, dan lain sebagainya.

Berlanjut ke dapur wisma, tampak kotor dan ada lobang tikus, padahal di dekat lobang tikus itulah para lansia meletakkan nasinya.


Sekitar pukul 10-an setelah mengelilingi wisma, seorang laki-laki berbaju biru dengan motornya bergegas menuju ke aula, saat itu juga, suara karaokean yang awalnya memekakkan telinga, terhenti seketika.

Dari kejauhan, tampak Sekda Provinsi Riau, Yan Prana Jaya Indra Rasyid bersama rombongan melakukan Inspeksi Mendadak (Sidak).

Yan Prana dan rombongan berkeliling UPT PSTW ditemani Kepala UPT PSTW Khusnul Khotimah.
Sesekali, Yan Prana tampak berbaur dengan lansia di sana. Lelaki berbaju donker dengan lengan pendek itu bertanya kepada para lansia yang ia temui.

Tengah asik berbincang-bincang dengan para lansia, Susi dengan jilbab biru mudanya mendekat. Susi meluapkan emosi yang selama ini tertahan.

“Ada pramulansia yang minjam uang saya. Nggak mau lagi saya minjamin, bikin ribut di wisma saya, dari pagi sampai jam 4 sore, nggak mau diam. Karaoekan terus, ribut terus, saya ngadu sekarang, puas saya,” teriak Susi sembari berlinang air mata.

Yan Prana tampak kaget, lalu kemudian meminta untuk mendatangkan nama-nama yang disebutkan Susi kehadapannya, salah satunya Pramulansia bernama Dila. Dila dan satu orang temannya kemudian menghadap.

Yan Prana bertanya kepada Pramulansia berjilbab pink dan kuning itu, tapi keduanya membantah tuduhan Susi. “Kenapa kalian karaoke? Kalian ngurus apa,?” tanya Yan.

Pralamunsia bernama Dila menjawab, ia dan teman-temannya jarang karaokean, hanya jam-jam istirahat di jam satuan, itupun nyanyinya di aula, bukan wisma.

“Kalau soal uang, Kami minjam uang kan kami balekan pak, kan bukan kami aja pak, banyak,” katanya dengan nada agak tinggi.

“Eh kok melawan kamu. Dengar kata saya, jangan menjawab kamu. Dikasih tau melawan. Saya bukan ini aja urusan saya, apapun laporan, saya pasti ke lapangan, saya tinjau, kamu mnjwab pula lagi. Itu kan pengakuan dia, orang tua. Dikasih tau menjawab pula lagi. Jangan lakukan lagi karaokean ya. Buat surat perjanjiannya. Saya tunggu,” kata Yan Prana tegas.

Yan Prana memberi nasehat agar mengurus para lansia dengan baik. Anggap para lansia ini orang tua sendiri. “Ini ngurus orang, manusia. Bukan ngurus binatang. Kalian dibayar oleh pemerintah, untuk ngurus ini baik-baik.”

Menanggapi terkait karaokean ini, Kepala UPT PSTW Khusnul Khotimah, Hermon mengatakan, pihaknya sudah memberitahu kepada pramulansia. “Kita udah ngasih tau, cuma kan mereka siang-siang jam istirahat,” katanya.

Yan Prana kembali berkeliling, lalu menghampiri kakek berusia 80 tahunan yang tengah asik merokok. Namanya Ucok. Ucok mengatakan untuk pelayanan baik, pengurusnya juga tidak jahat secara fisik.

“Mukul nggak, jahat mulut itu biasa. Namanya manusia,” kata Ucok. Setelah asik bercerita dengan Ucok, Yan Prana kembali berkeliling ke wisma-wisma, aula, dapur, klinik, dan ruangan-ruangan lainnya.

Tapi di antara semua wisma, Wisma Anggrek tak diarahkan untuk dikunjungi. Entah terlewat atau sengaja dilewatkan.

Selepas Yan Prana dan anggotanya selesai berkeliling, mereka berpamitan pulang. Susi masih terduduk di depan wismanya dengan jilbab biru dan rambut yang sedikit keluar dikeningnya.

Susi mengatakan, setelah dirinya melapor, bendarawan datang menemui dirinya dan mempertanyakan apa yang dilakukan Susi tadi.

Susi menjawab tanpa takut bahwa apa yang dikatakannya itu memang benar adanya. Susi kembali melanjutkan cerita, dirinya pernah juga melapor terkait karaoke ini kepada kepala.

“Sebelum ditindak lanjuti, Bapak Kepala bilang, kan nenek ada CD, hidupkan CD itu. Kalau kita udah tua mau tidur itu, nggak ada lagi CD. Ngadukan ke Ibu Hermida, gitu juga katanya,” kata Susi yang sudah tujuh tahun di Panti UPT PSTW Khusnul Khotimah ini.

Susi bercerita, karena kekurangan tidur, vertigo Susi sempat kambuh. Susi meminta kepada Pramulansia Dila untuk memanggil perawat di poliklinik, tapi Dila justru membawa anaknya pergi tanpa memanggilkan perawat.

Akhirnya, ada pramulansia lain yang memanggilkan perawat untuk Susi, sedangkan Dila pulang, padahal belum waktunya pulang. “Si Dila itu, semua bingkisan diambil, nggak ada nginyam nenek-nenek.”

Susi berharap untuk kedepannya di Panti UPT PSTW ini bisa lebih baik. “Semoga bisa lebih baik, karna mau kemanalah kami lagi,” harapnya.

DPRD Provinsi Riau, Ade Hartati mengatakan, terkait kondisi di panti jompo ini memperlihatkan kondisi perencanaan pemerintah provinsi yang sangat buruk. Panti jompo merupakan aset Pemerintah Provinsi dan seluruh yang berada didalamnya itu menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi.

“Orang tua itu merupakan tanggung jawab, karna itukan diatur di UUD. Fakir miskin, anak telantar, itu dibiayai oleh negara,” katanya kepada RIAUONLINE.CO.ID, Sabtu, 12 September 2020 via telepon.

Ade berharap agar kedepannya, perencanaan dibenahi. Perencanaan itu bisa dilihat dari kondisi bangunan dan sumber daya yang ada. Selain itu, harus juga sesuai kebutuhan.

“Kalau kebutuhannya renovasi fisik, ya laksanakan. Jangan hanya kegiatan-kegiatan seremonial saja,” tutupnya.