Laporan : Hidayatul Fitri
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Berangkat dari sebuah tantangan yang diberikan kepadanya, pegiat kuliner, Hanny Shanaya terpacu untuk untuk meracik makanan berbahan ikan patin bernilai tinggi.
Bila ikan patin selama ini terkenal dengan olahan asam pedasnya, namun di tangah wanita murah senyum ini, ikan patin diolah menjadi bakso.
Sotindang, Bakso Ikan Patin Kuah Udang nama makanannya. Karya Hanny yang saat ini diburu penikmat kuliner di Pekanbaru, Riau.
Hanny bercerita, mulanya ia diberi amanat oleh Kepala Dinas (Kadis) Perikanan Provinsi Riau untuk membuat suatu produk makanan yang berbahan baku ikan patin. Dinas Perikanan Provinsi Riau ingin mengembangkan potensi hasil budidaya perairan Riau.
Produk ini ingin diikenalkan kepada Ibu-Ibu PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) Provinsi Riau. Sebagaimana yang diketahui, Provinsi Riau sangat terkenal dengan ikan patin sebagai hasil bidudaya perairan. Hanny sempat ragu untuk membuat produk olahan berbahan baku ikan patin.
“Awalnya saya menolak, karena ikan patin saya pikir hanya enak dijadikan menu asam pedas saja,” katanya.
Namun, keyakinan Kadis Perikanan Provinsi Riau terhadap kemampuan Hanny membuat ia terdorong untuk mencoba membuat produk dari ikan patin seperti yang diharapkan.
Hanny mengaku sangat selektif dalam penggunaan bahan Sotindang. Ia sangat menomor satukan kualitas dan rasa produk yang ia hasilkan.
“Saya tidak mau toleransi dengan mutu atau kualitas dan rasa,” ucapnya.
Sebagai lulusan Sarjana Perikanan membuat Hanny mempunyai nilai lebih dalam menentukan kualitas dan karakteristik ikan patin yang akan dijadikan bahan baku. Banyaknya kandungan lemak pada ikan patin membuat Hanny memutuskan untuk tidak mengikut sertakan semua lemak yang ada pada ikan patin.
Ia tidak menggunakan ikan patin yang sembarangan. Ia menggunakan ikan patin yang sesuai dengan CBIB (Cara Budidaya Ikan Baik).
Ketelitian Hanny mengantarkan Sotindang sebagai bakso ikan pertama di Sumatera yang lulus untuk pengujian Standar Nasional Indonesia (SNI) pada Desember 2019. Selain itu, Sotindang sudah mendapatkan sertifikasi HACCP (Hazard Analysys Critical Control point) sebagai bukti mutu Sotindang ini sangat terjamin kualitasnya, tidak berbahaya untuk dikonsumsi.
“Bangga rasanya ada produk lokal Riau yang mampu bersaing mutu di industri pangan nasional,” kata Hanny.
Ia menambahkan mi sagu dan kuah udang yang dapat memperkaya cita rasa. Selain ikan patin, mi sagu dan udang juga merupakan sesuatu yang banyak ditemui di Riau.
Cara membuat Sotindang sama seperti bakso pada umumnya, tetapi Hanny menggunakan alat sendiri. Bakso ikan patin ini juga diberi agar-agar untuk menambah tekstur kenyal. Udang yang digunakan sebagai kuah dibelender beserta kulitnya karena banyak gizi yang terkandung pada udang.
Hanny sudah menyediakan Sotindang dalam bentuk beku beserta bumbunya sehingga Sotindang bisa di nikmati kapan saja.
Harga satu porsi Sotindang dibandrol Rp 18 ribu. Satu bungkus Sotindang lengkap dengan bumbu kuah dengan berat 400 gram dibandrol Rp 50 ribu.
Rencanya ia ingin membuat rumah produksi Sotindang dan sitem agar Sotindang bisa jadi usaha lokal atau menjadi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai roda penggerak perekonomian. Hanny memiliki keinginan untuk membantu memberdayakan perempuan melalui berjualan Sotindang sehingga Sotindang bisa menjadi salah satu solusi ekonomi keluarga.
Sebagai perempuan ia berpesan agar perempuan harus memiliki suatu keahlian yang mampu menunjang perekonomian keluarga. Ia ingin perempuan bisa berdaya guna secara ekonomi untuk meciptakan kesejahteraan.
Bagi yang tertarik untuk menikmati lezatnya Sotindang bisa langsung ke Jalan Lobak nomor 109 C, Pekanbaru, Riau.