Riwayat Kegemilangan Sentral Perajin Rotan di Rumbai

pengrajin-rotan.jpg
(DWI)

Laporan: DWI FATIMAH

RIAUONLINE, PEKANBARU - Jemari Rajes begitu piawai merajut satu demi satu rangkaian rotan yang dipangkunya. Tali temali rotan itu ia susun lalu dirapatkan hingga berbentuk seperti kepala kuda. Siang itu, Rajes kebagian merangkai rotan mejadi sebuah mainan anak kuda-kudaan.

Di Kios seluas empat kali enam meter itu Rajes tidak sendiri, ada dua rekan lainnya juga sibuk menganyam rotan.

Kemampuan Rajes menganyam rotan barang kali tidak diragukan lagi. Ia sudah bekerja di Kios Kerajinan Rotan Kirana, Jalan Yos Sudarso, Rumbai sedari kecil. "Dari kecil saya sudah diajari nganyam kak, jadi sudah biasa," katanya, saat ditemui RIAUONLINE.

Kios Kerajinan Rotan Kirana merupakan satu dari beberapa Kios Rotan yang masih eksis di tepi Jalan Yos Sudarso, Rumbai. Kawasan ini memang terkenal sebagai pusat kerajinan rotan di Pekanbaru sejak lama.

Ada banyak kerajinan rotan dipajang, mulai dari perabotan rumah tangga, seperti meja, kursi lemari rak, dan kerangjang buah. Hingga mainan anak-anak seperti kuda-kudaan dan ayunan.

Rajes mengakui ketersediaan bahan dasar rotan yang kian terbatas menjadi penghalang para pengrajin rotan dalam produksi. Untuk mendapatkan bahan baku lebih, para pengrajin saat ini harus memesan rotan dari Sumatera Barat. Rotan dengan kualitas bagus pun kini sulit didapat.



"Kalau bahan kita dapatkan dari Sumbar," ujarnya.

Membuat satu bentuk kerajinan rotan tidak cukup hanya dikerjakan sendiri, seperti membuat meja, setidaknya butuh tiga orang pengrajin dengan pekerjaan berbeda-beda.

"Nanti dibagi-bagi untuk pengerjaannya. Yang buat rangka lain lagi, yang nganyam nanti lain lagi, yang ngecat juga," katanya.

Untuk satu unit meja misalnya, butuh waktu empat hingga lima hari tergantung ukuran dan tingkat kerumitannya.

"Proses pembuatan perabotan dari rotan dimulai dari membuat rangkanya terlebih dahulu, kemudian dilakukan proses penganyaman. Proses penganyaman ini berguna untuk menutup seluruh bagian rangka, lalu direkatkan kembali dengan kulit rotan," dia menjelaskan.

Usaha Kerajinan Rotan yang berdiri sejak tahun 2007 ini memiliki sepuluh orang perajin dengan tugas berbeda. "Ada bagian merakit rangka, ada yang menganyam dan ada juga bagian mengecat."

Harga perabotan bernilai seni ini cukup terjangkau, untuk satu keranjang buah kecil dipatok seharga Rp 20 ribu dan Rp 25 ribu untuk keranjang buah besar. Sedangkan untuk harga satu set meja makan Rp 400 ribu perkursi dan Rp 1.2 juta meja dengan kaca.

Kerajinan rotan diminati banyak masyarakat baik di dalam kota maupun luar provinsi. Biasanya pelanggan datang dari Bangkinang, Batam dan kota lainnya.

"Kita ada pelanggan di beberapa daerah, biasanya kita kirim pakai ekspedisi. Banyak juga dari Bangkinang dan Batam juga ke Jawa," tutup Rajes.

Di Indonesia sendiri memiliki banyak jenis rotan yang berkualitas untuk membuat kerajinan dan perabotan. Jenis rotan yang tumbuh di Indonesia mencapai sekitar 312 spesies. Rotan merupakan tumbuhan dari famili Arecaceae atau Palem.

Dari 312 jenis rotan yang ada di Indonesia sebagian telah dimanfaatkan batangnya baik untuk diperjual belikan bagi industri kerajinan, maupun hanya digunakan secara lokal.