RIAU ONLINE, PEKANBARU-Pandemi Covid-19 memaksa dunia pendidikan masih mengharuskan anak didik belajar secara daring.
Aktivitas tersebut dilakukan untuk meminimalisir penyebaran covid-19.
Hingga saat ini sekolah-sekolah di Pekanbaru masih menerapkan belajar di rumah atau Study at Home.
Hal ini ditakutkan berefek pada kejenuhan dan penurunan kualitas belajar anak.
"Kalau nanti sampai awal tahun mereka belajar seperti itu, berarti hampir satu tahun anak-anak tidak belajar ke sekolah. Sebab sudah dari bulan Maret mereka libur dan kemudian belajar dari rumah," ujar Roni Pasla Fraksi PAN saat diwawancarai di Gedung DPRD Kota Pekanbaru.
Para orang tua pastinya juga akan kelabakan dengan sistem belajar yang memerlukan pendampingan.
Terutama untuk anak-anak yang masih Sekolah Dasar (SD).
"Pendampingan orang tua sangat penting, sedangkan mereka juga harus bekerja mencari penghasilan. Sistem ini yang menyulitkan nantinya," imbuhnya.
Sementara itu, Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru dalam menyikapi tahun ajaran baru ini masih berpedoman pada peraturan Menteri Pendidikan yang belum membolehkan untuk menjalani proses belajar secara tatap muka.
Dalam hal ini kementerian sebenarnya memberi kelonggaran.
Bahwa untuk di daerah-daerah tertentu, seperti Pekanbaru ketika sudah menjalankan prorokol kesehatan dan bisa menjamin hal itu dilakukan dengan baik, maka bisa memungkinkan untuk proses belajar tatap muka.
Caranya dengan pembagian jadwal. Normalnya anak-anak bersekolah setiap hari maka akan dijadwalkan menjadi tiga sampai empat hari saja dalam seminggu.
Di samping itu, walaupun proses belajar mengajar di sekolah menggunakan sistem daring, tidak seluruh sekolah maupun orang tua yang memahami.
"Ini yang seharusnya menjadi perhatian Dinas Pendidikan. Kita pernah berkunjung di beberapa daerah di luar Kota Pekanbaru. Di Padang dan Pariaman sudah melakukan kegiatan belajar mengajar tatap muka," tutupnya