Laporan: ANDRIAS
RIAU ONLINE, JAKARTA - Tahun ketiga Tempo.co menggelar Tempo Media Week 2019 mengambil tema The Future Media, diselenggarakan, Sabtu, 7 Desember 2019 di Perpustakaan Nasional, Jakarta.
Tempo.co merupakan portal media pertama di Indonesia, portal ini telah menyajikan berita sejak tahun 1996. Situs berita ini awalnya bernama Tempointeraktif.com namun sejak tahun 2008 berubah menjadi Tempo.co.
"Dalam penyajian berita secara eksklusif, Tempo.co selalu mengedepankan membuat berita, kolaborasi dan investigasi," kata Pimpinan Redaksi Tempo.co, Setri Yasra.
Pria berdarah minang ini menambahkan, media yang membuat berita kolaborasi dan investigasi akan menghasilkan berita optimal.
"Disamping itu, kepercayaan publik akan semakin bertambah dan risiko pun menjadi ringan karena ditanggung bersama," kata Setri Yasra.
Selain Setri Yasra, kegiatan Tempo Media Week 2019, menghadirkan pembicara di antaranya Nezar Patria, Pimred The Jakarta Post, Citra KBR (radio), Metta Ds (katadata) serta Direktur Tempo Institute, Qaris Tajudin.
Pimred The Jakarta Post, Nezar Patria memaparkan masa depan media dan disrupsi digital atau perubahan yang mendasar atau fundamental.
"Jurnalisme yang bermutu itu akan tetap bertahan dan seorang jurnalis harus mengedepankan skil serta etika," papar Nezar Patria.
Pembicara selanjutnya Metta Ds, pemilik media Katadata.Co.Id ini menyebut bahaya teknologi tidak bisa dibendung. Meski demikian, teknologi tersebut tidak akan bisa menghadang manusia.
"Teknologi memang tidak bisa terbendung, tetapi tidak bisa menghalangi kita. Di sini kita (manusia) harus menyiasatinya," terang Metta Ds.
Pemberitaan Katadata.Co.id tambah Metta Ds, pihaknya menyajikan berita serta menyiasati berkembangnya teknologi di era sekarang ini.
"Singkat tidak berarti dangkal, namun simple dan lengkap," ujarnya.
Sementara itu Direktur Tempo Institute, Qaris Tajudin menuturkan tahun ke tiga, Tempo media week 2019 ini guna menambah wawasan berdikusi dan ngobrol.
"Dalam revolusi digital ini, telah mengubah banyak hal dan banyak tantangan, sehingga media dituntut menegakkan kembali fungsi media sebagai pengawas dan pengawal kepentingan masyarakat luas," tutur Qaris Tajudin. (advertorial)