RIAU ONLINE, PEKANBARU - Ketua Majelis Syuro Partai Bulan Bintang (PBB), Malem Sabat (MS) Kaban, menilai upaya mempolisikan Ustadz Abdul Somad (UAS) dengan tuduhan penistaan agama akan membangkitkan ghirah keimanan umat Islam.
Untuk diketahui, Ghirah berarti berarti antusias atau semangat terkait dengan kecintaan pada sesuatu.
Hal tersebut disampaikan mantan Menteri Kehutanan Era Susilo Bambang Yudhoyono ini melalui akun Twitternya @hmskaban, Minggu, 18 Agustus 2019.
Dalam cuitannya pukul 11.28 WIB ini, MS Kaban menyebut upaya mempolisikan UAS ini akan membangkitkan ghirah keimanan sehingga ia mengucapkan terima kasih.
"Mempolisikan UAS dgn tuduhan penistaan agama, ini adalah sebuah kondisioning membangkitkan Ghirah keimanan, terima kasih pd saudara2 yg mempolisikan UAS," cuit MS Kaban.
Selain itu, Kaban menambahkan, UAS saat ini adalah Datuk Seri Ulama Setia Negara, sebuah gelar diberikan Lembaga Adat Melayu Riau (LMAR). Ia meyakini, mempolisikan UAS berarti membuat masyarakat Melayu tidak akan tinggal diam dengan perlakuan seperti ini.
"Ingat UAS Datuk Sri Styanegara, kaumnya tidak mungkin diam. Ghirah Riau, ghirah melayu tak melayu kalau bukan islam," tulisnya kembali.
Cuitannya sontak menarik perhatian sejumlah pihak, baik dari pihak yang pro UAS maupun kontra dengan UAS. Satu di antaranya kontra dengan UAS, Permadi Arya kerap disapa Abu Janda.
Abu Janda menyindir Kaban tentang statemennya menyebut masyarakat Melayu tidak akan tinggal diam dengan upaya mempolisikan UAS ini.
""tidak mungkin diam" ? trus mau ngapain? demo, teriak2 bunuh, takbir bakar2an ? tipikal khas," cuitnya sambil menambahkan emot tangan yang menutup mulut.
UAS: Saya Tak Akan Lari
Ustadz Abdul Somad memastikan dirinya tidak akan lari ketakutan, apalagi sampai mengadu terkait dugaan fitnah yang ia terima hingga dilaporkan ke Polda Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal tersebut disampaikan Ustadz kebanggaan masyarakat Riau ini dalam tausiyahnya di sebuah mesjid di Simpang Kelayang, kabupaten Indragiri Hulu, Sabtu, 17 Agustus 2019. Dalam kesempatan tersebut UAS menyampaikan tiga poin.
Yang pertama, kata UAS, dalam video yang sudah dipotong itu dirinya menjawab pertanyaan salah seorang jemaah di masjid An-Nur Pekanbaru, dimana jemaah bertanya tentang hukum patung dan relief dudukan nabi Isa AS.
"Itu saya menjawab pertanyaan, bukan saya membuat-buat," tegasnya.
Kemudian, video tersebut juga diambil dalam pengajian tertutup yang hanya dihadiri oleh internal umat Islam, bukan tabligh Akbar yang dibuat di tempat umum.
"Itu pengajian dalam masjid tertutup, bukan di stadion, lapangan bola, di tivi, tapi untuk internal masjid yang menanyakan tentang patung dan kedudukan nabi Isa berdasarkan Qur'an dan Sunnah Nabi," tutur UAS.
Selain itu, video viral itu merupakan kejadian yang sudah cukup lama yakni sekitar tiga tahun yang lalu dan rutinitas pengajian ini tidak lagi dijalankan oleh UAS karena kesibukannya.
"Itu sudah tiga tahun lalu. Saya rutin pengajian disana. Satu jam pengajian dan kemudian tanya jawab, kenapa di viralkan sekarang? Kenapa dituntut sekarang? saya serahkan semua pada Allah SWT," ulasnya.
Sebagai warga yang baik, UAS menegaskan dirinya tidak akan lari, tidak akan mengadu, tidak akan takut, karena ia tidak merasa salah dan tidak ada niat sedikitpun untuk merusak persatuan.