Tidak Terbukti Money Pilitic, Hardianto Gerindra: Persoalan Ini Dipaksakan

Hardianto-Gerindra.jpg
(Hasbullah)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Sekretaris DPD Gerindra Riau Hardianto menilai perisitiwa penangkapan Caleg Gerindra yang dituding melakukan money politic di menit akhir masa tenang terkesan dipaksakan.

Hardianto menegaskan pihaknya tidak ingin mencari kambing hitam dalam kurang maksimalnya perolehan suara Gerindra di Riau, namun peristiwa tersebut sangat menggerus suara Gerindra.

"Kami melihat persoalan ini dipaksakan, dan mohon maaf saja wajar kita bersuudzon," kata Hardianto, Jumat, 10 Mei 2019.

Hal yang dipaksakan ini, jelas Hardianto, terlihat dari awal kasus ini bergulir di mana Bawaslu menyebut bahwa ada laporan dari masyarakat, namun masyarakatnya tidak jelas dari mana.

"Lagian Diah ini kan Caleg Riau 2, kenapa yang mendapat laporan Bawaslu Pekanbaru? Apakah memang ada permintaan bantuan dari Bawaslu Kampar? Kasusnya juga dipaksakan money politic, padahal itu bukan dapil dia," tanya Hardianto.

Kemudian, Hardianto juga heran masyarakat mana yang mengetahui bahwasanya ada uang ratusan juta didalam tas kader Gerindra, apalagi penangkapan juga dilakukan di dalam hotel.



"Masyarakat mana yang bisa melihat uang dalam tas? Apa ada dukun yang melapor? Dan tau darimana masyarakat ini kalau mereka lagi di hotel," tambahnya.

 

Tak hanya itu, Bawaslu juga terkesan sudah merencanakan ini di mana hanya dalam selang waktu beberapa jam, Bawaslu secara gamblang langsung melakukan ekspos kepada media.

"Padahal kan harusnya ada asas praduga tak bersalah. Saya menduga ada dua kemungkinan, pertama ingin menunjukkan kinerja nya atau riya', kedua memang sengaja membuat framing bahwa kader Gerindra ditangkap karena money politic," jelasnya.

Akibatnya, hanya dalam waktu hitungan jam informasi bahwa Gerindra melakukan money politic langsung tersebar ke seluruh penjuru Riau bahkan Indonesia.

"Di setiap sudut Riau sudah tahu kabar ini, dan kami tidak ada waktu yang cukup mengklarifikasi nya, apalagi caleg ini sampai jam 3 subuh ditahannya. Saya tidak menuduh, tapi ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil pemilu Gerindra di Riau," tuturnya.

Penderitaan Gerindra, sambung Hardianto berlanjut hingga pagi hari saat pencoblosan, dimana nomor hp Hardianto di bajak dan mengirimkan pesan singkat berbunyi "Money Politic Menghancurkan Gerindra, Kami Partai Gerindra Mendukung Jokowi-Amin".

"Ada korelasi apa dengan masalah ini, berarti kan ada dua sasaran tembak, pertama hancurkan Gerindra di pileg, dan kedua serang Ketum Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres," tutupnya.

Seperti diketahui, Bawaslu Pekanbaru akhirnya menyerahkan uang saksi Gerindra 500 juta rupiah lebih yang sempat diduga sebagai uang money politic sehari sebelum masa Pencoblosan 17 April 2019 lalu.