RIAUONLINE, PEKANBARU - Mantan Gubernur Riau Wan Thamrin hasyim mulai mengurangi aktivitas di luar rumah setelah masa jabatannya sebagai orang nomor satu di Riau selesai. Wan Thamrin lebih memilih istirahat total di rumah sambil menikmati kebersamaan dengan keluarga dan bermaindengan cucu-cucunya.
"Usia jadi ini (Gubernur) saya akan menjadi pengacara. Pengangguran banyak acara," katanya sambil berseloroh, Senin, 4 Maret 2019. Meskipun memilih tidak lagi bekerja, tapi Wan Thamrin mengaku telah menghasilkan sebuah karya literasi.
Wan Thamrin menghasilkan sebuah karya tulis dalam bentuk buku yang tidak dijual dan hanya bisa dikonsumsi oleh keluarga besarnya. Diedit oleh penyair Riau, Taufik Ikram Jamil.
"Saya juga menulis buku. Tapi bukan untuk publik. Hanya untuk anak cucu bahwa kakenya ini pernah hidup di sini," sebutnya.
Buku tersebut merupakan kisah perjalanan panjangnya sebelum memilih beristirahat total. Dimulai dari masa kecilnya. Lahir dari keluarga biasa, Wan Thamrin diungsikan saat berusia dua tahun dari kampung halaman, Bagan Siapiapi, Rokan Hilir menuju Sumatera Utara hingga remaja.
Saat itu terjadi konflik antara warga keturunan Cina yang mengibarkan bendera mereka berdampingan dengan bendera merah putih. Padahal, saat itu Indonesia baru berumur satu tahun diiringi dengan pertumpahan darah.
"Kami merantau ke Sumatera Utara menghabiskan masa lajang saya. Sempat sekolah di SR, SMP dan SMA di Sumut. Lalu kuliah sebentar di Universitas Sumatera Utara (USU)," terangnya.
Ditengah jalan, Wan pindah ke Pekanbaru karena ingin melanjutkan sekolah Camat. Tapi begitu sampai di Pekanbaru, sekolah malah sudah tutup.
"Saya di Pekanbaru sempat hidup tak tentu arah. Sudah macam-macam dikerjakan. Karena gak tahu mau ngapain saya kuliah di UNRI (Universitas Riau). Tamat tapi tidak sarjana. Karena dulu kalau tamat UNRI hanya boleh sampai sarjana muda saja (BA). Jadinya Wan Thamrin Hasyim, BA. Karena BA, orang menjuluki saya dengan sebutan supir mobil Padang," jelasnya yang dibungkusi dengan guyonan segar.
Memiliki gelar BA, Wan memberanikan diri melamar ke Caltex dan Pertamina. Namun nasibnya malah bekerja di salah satu perusahaan daerah Riau. Berlanjut menjadi Sekwan sampai akhirnya UR diperbolehkan mengeluarkan gelar S1.
Karena memiliki gelar S1, Wan pindah ke Dispenda Kepulauan Riau dari tahun 1978-1995, kemudian sembilan tahun menjabat sebagai Dispenda tingkat I, delapan tahun tingkat II, kemudian pernah dipromosikan menjadi kepala cabang Dispenda tingkat I di Kepri.
"Saat masuk sekolah sarjana Dispenda saya pernah jadi nomor satu di Indonesia karena memiliki nilai terbaik. Kemudian jenajang karir meningkat menjadi kepala Bappeda di Kepri. Kemudian seiring berjalannya waktu, saya terpilih menjadi Bupati definitif pertama di kampung halaman saya. Itu inti buku yang saya buat. Pesan saya jangan pernah berhenti untuk berkarya,"tutupnya.