LGBT Buka Sekre di Jalan Uka, Dewan Minta Pemko Selektif Beri Izin!

Katakan-Tidak-pada-LGBT.jpg
(INTERNET)

Laporan: HASBULLAH TANJUNG

RIAUONLINE, PEKANBARU - Keberadaan organisasi yang menamakan diri Opsi (Organisasi Perubahan Sosial Indonesia) cukup meresahkan masyarakat.

Warga bersama dengan dewan dan pemuka masyarakat serta babinkamtibmas pun menggerebek sekretariat yang terletak di Jalan Uka, Garuda Sakti, Tampan pada Senin 14 Januari 2019, awal pekan kemarin.

Menanggapi keberadaan sekretariat LGBT ini, Wakil Ketua DPRD Riau Kordias Pasaribu mengingatkan Pemerintah Kota Pekanbaru untuk lebih berhati-hati. Terlebih lagi dalam memberikan izin kepada organisasi baru di Pekanbaru ini.

Pasalnya, organisasi yang bersangkutan ternyata sudah memiliki izin di Kesbangpol.

"Perlu dibubarkan kalau organisasi yang seperti itu, dan pihak terkait juga harus memberikan perhatian khusus. Bisa saja kan alasan sosialisasi kesehatan itu hanya modus supaya tidak di curigai," tegas legislator asal Pekanbaru ini, Sabtu, 19 Januari 2019.

Pemko melalui OPD terkait, lanjutnya, harus betul-betul mengkaji dan mensurvey langsung organisasi yang mengurus izin berdirinya.

"Sehingga nantinya tidak disalahgunakan untuk hal-hal yang negatif," tambahnya.



Hal senada juga disampaikan oleh Wakil ketua komisi V DPRD Riau, Husaimi Hamidi, ia menilai keberadaan sekretariat LGBT bertentangan dengan UUD Negara Indonesia.

"Tidak ada dasar mereka membuka sekretariat itu, baik secara agama maupun secara perundang-undangan, tapi kalau di luar Indonesia silahkan saja, kalau disini tidak boleh," ulasnya.

Sebelumnya, ditemukan rumah yang digunakan sebagai kantor sekretariat kelompok LGBT di Jalan UKA Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Warga sekitar mengaku resah karena menilai bahwa kelompok menyimpang ini berbahaya, jika sudah berkantor maka dipastikan kelompok ini akan berkembang pesat di Kota Bertuah.

"Saya dapat informasi dari Ustadz Roni Candra dan kami cek ke lapangan dan memang ada rumah itu di sana, ada plang namanya OPSI Riau. Saya cek di Map Google," kata Haidi, salah seorang warga Jalan Uka.

Saat turun ke lokasi, warga tidak menemukan ada kegiatan apa-apa di rumah itu. "Saya inisiatif kemarin turun. Tak ada kegiatan, bagusnya memang dipantau," sebutnya.

Posisi rumah tersebut, lanjut Haidi, tidak jauh dari Pasar Uka dan masuk ke dalam gang dengan posisi rumah yang bisa dikatakan agak tersembunyi. Haidi selaku warga sekitar dan berprofesi sebagai seorang guru, merasa khawatir adanya kelompok LGBT berkantor di daerah mereka.

"Harapan kita jangan sampai ada, jangan kasih ruang organisasi seperti LGBT di daerah kita. Anak-anak sekolah kita khawatir. Warga di sini tak tahu itu kantor apa, kita yang tahu punya tanggung jawab moril," tegasnya.

Sementara itu, salah satu pengurus Opsi, Ruli menjelaskan bahwa memang mereka organisasi yang terdiri dari kelompok Waria atau Transgender yang biasa disebut LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender). OPSI sendiri singkatan dari Organisasi Perubahan Sosial Indonesia.

"Kita organisasi yang bergerak di bidang isu kesehatan HIV AIDS. Dua tahun kantor (disana). Kegiatan sosialisasi bersama teman-teman komunitas," jelasnya.

Ditanyakan apa benar ini organisasi LGBT, Ruli mengatakan memang anggotanya para LGBT namun bukan wadah LGBT, karena organisasi ini untuk merangkul kaum LGBT agar terhindar dari bahaya HIV dan AIDS, mengingat bahwa kelompok LGBT merupakan kelompok yang beresiko tinggi terdampak virus berbahaya tersebut.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id