RIAU ONLINE, PEKANBARU - Komisioner Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak dari Komisi Perlindunga Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra menyebutkan bahwa kasus sayat tangan yang dilakukan oleh 55 siswa SMPN 18 Pekanbaru, merupakan tragedi pertama yang ditemukan terhadap anak-anak Indonesia.
Menurutnya, kasus serupa pernah terjadi dalam jumlah yang sama namun kejadiannya berada di luar Indonesia.
"Untuk korbannya sebanyak ini saya katakan baru ini ada di Indonesia. Makanya kita kemarin sempat kaget walaupun kasus internasionalnya ada," katanya, Kamis, 11 Oktober 2018.
Putra menyayangkan lemahnya pengawasan orangtua terhadap anak mereka yang membiarkan buah hatinya memilih lingkungan yang salah. Sehingga malah terbentuk pemikiran yang keliru.
"Kalau anak tidak kita dampingi dengan baik, bisa terpengaruh seperti itu. Karena 70 persen psikologi anak itu dibentuk ya dari lingkungan. Termasuk media sosial," tegasnya.
Baca Juga: 55 Siswi SMP Sayat Tangan, Kepsek: Tak Ada Kaitan dengan Narkoba
Dijelaskan Putra, walaupun kasus ini berasal dari media sosial, orangtua tidak boleh menganggap enteng dalam menyikapi peristiwa ini. Termasuk dinas terkait seperti Dinas Pendidikan hingga Dinas kesehatan.
"Ini sudah tidak bisa lagi dianggap biasa. Apalagi ada komentar hanya heboh di media sosial saja. Tadi saya sampaikan ke Dinkes apakah kasus ini sampai hingga ke kejiwaan anak. kalau ia tentu butuh pendampingan karena terpengaruh akibat konten negatif," tegasnya.
"Kita juga sebenarnya juga temukan kasus yang sama tapi kecanduan smartphone. Itu kasisnya di Jawa Timur. Dua anak pada akhirnya malah masuk ke Rumah Sakit Jiwa," tutupnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id