Ketika Prabowo Hendak Mempersunting Putri Soeharto

Pernikahan-Prabowo-Subianto-dan-Titiek-Soeharto-1983.jpg
(Historia.id via @imanbr)


RIAU ONLINE - Sumitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo Subianto terkejut ketika sang anak meminta izin untuk memperkenakan kekasihnya. Namun Bowo, sapaan Prabowo mendapat lampu hijau.

Rupanya sang ayah terkesan dengan kepribadian pacar anak ketiganya itu. Pak Cum, sapaan akrab ayah Prabowo, juga merasa mengenal gadis pujaan anaknya itu.

“Siapa wanita ini? She looks familiar,” ujar Sumitro membatin, tulis Hendra Esmara dan Heru Cahyono dalam biografi Sumitro Djojohadikusumo: Jejak Perlawanan Begawan Pejuang, seperti dilansir dari Historia.id, Minggu, 12 Agustus 2018.

Alih-alih menjelaskan dengan lengkap, Bowo hanya mengatakan bahwa pacarnya itu termasuk salah satu murid Sumitro.

Belakangan, Sumitro mengetahui bahwa pacar anaknya itu adalah Siti Hediyati, putri keempat Presiden Soeharto. Sumitro yang senang, agaknya juga menyimpan kekhawatiran dengan keseriusan anaknya menjalin hubungan dengan putri sang Presiden kedua RI itu.

Bagaimana tidak, Sumitro tahu Bowo pernah menjalin hubungan dengan beberapa perempuan. Yang paling serius, saat Bowo menjalin hubungan dengan seorang gadis Yogya. Namun hubungan itu berakhir karena Bowo terlalu sibuk sebagai tentara.

“Kalau kali ini kamu tidak serius, payah deh kamu," kata Sumitro mewanti-wanti Bowo.

Baca Juga Prabowo-Titiek Saling Unggah Foto Jadul, Tanda-Tanda Rujuk?

Kala itu, hubungan Bowo dan putri Soeharto yang akrab disapa Titiek itu sudah berlangsung hampir dua tahun. Tak hanya kepada ayahnya, Bowo juga memperkenalkan Titiek kepada neneknya. Saat itulah Sumitro baru yakin bahwa Bowo serius, karena ibunda Sumitro adalah orang paling disegani dalam keluarga.



Sama seperti Sumitro, neneknya juga menangkap kesan baik dari Titiek kendati belum mengetahui siapa Titiek sebenarnya. Dia justru mengira Titiek anak Yogya yang kuliah di Jakarta dan mondok di kawasan sekitar Menteng.

"Prabowo agaknya masih menyembunyikan identitas Titiek,” tulis Hendra dan Heru.

Seorang kemenekan Sumitro kemudian mengenali Titiek sebagai keluarga Cendana. Seketika sikap nenek Bowo jadi sedikit berubah. Nenek Bowo antifeodal, jadi enggan karena tahu Ibu Tien Soeharto adalah keluarga Mangkunegara. Tapi, baik dia maupun Sumitro sesungguhnya cukup tertarik dengan kepribadian Titiek.

Sementara, hubungan Titiek dan Bowo sudah diketahui Keluarga Cendana. Ibu Tien juga pernah membicarakannya dengan Sumitro dan sepakat untuk tidak mengumumkan apapun hingga ada kejelasan dari Bowo dan Titiek.

Hambatan budaya di antara kedua keluarga juga menjadi sebab tidak segera diumumkannya hubungan Bowo-Titiek. Sumitro, dengan latar belakang budaya egaliter, berpendidikan Barat, dan minim pemahaman terhadap budaya Jawa, mesti berhadapan dengan keluarga Cendana yang kental budaya Jawanya.

Demikian pula dengan Bowo, yang menganggap aneh orang-orang hendak ikut campur dalam hubungannya dengan Titiek. Tapi dia mantap menjawab ketika sekali lagi ditanya keseriusannya oleh Sumitro. “Ya, nanti saya lamar,” jawab Bowo.

Jalan terbuka ketika utusan keluarga Cendana menemui Sumitro dan memberitahu bahwa keluarga Sumitro diperkenankan melamar Titiek. Untuk menjembatani perbedaan budaya di antara kedua keluarga, Sumitro memilih untuk mengutarakan lamaran dalam bahasa Indonesia, lebih egaliter.

Proses lamaran pun berjalan lancar. Soeharto dengan senang hati menerima Bowo dan Titiek menikah. Kepada Sumitro, Soeharto meminta secara khusus untuk memberi nasehat kepada kedua calon mempelai sebelum pernikahan dilangsungkan. “Sumitro memahami ‘kecemasan’ Soeharto mengingat dua anak ini: yang satu seorang perwira tapi tak mengerti adat Jawa, dan yang wanita masih suka disco,” tulis Hendra dan Heru.

Bowo dan Titiek akhirnya melangsungkan pernikahan pada 8 Mei 1983 di Taman Mini Indonesia Indah. Jenderal TNI M. Jusuf bertindak sebagai saksi.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id