Persahabatan SBY-Prabowo Puluhan Tahun Tentukan Siapa Lawan Jokowi

Miftah-N-Sabri.jpg
(ISTIMEWA)


RIAU ONLINE, PEKANBARU - Otak-atik siapa bakal jadi Calon Presiden dan Wakil Presiden jelang pendaftaran ke KPU Pusat, Agustus mendatang, semakin seru.

Saling intip siapa bakal Capres dan Cawapres terjadi antarpartai koalisi yang mengusung petahana Joko Widodo dengan koalisi Prabowo di seberangnya.

Politisi muda DPP Partai Gerindra yang besar di Kota Dumai, Riau, Miftah Nur Sabri mengatakan, Prabowo dan Susilo Bambang Yudhoyono, akan menjadi king maker dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang.

"Saya memaknai pertemuan Pak SBY dan Pak Prabowo adalah pertemuan dua orang sahabat sudah melewati banyak hal dalam hidup. Pertemuan itu akan menghasilkan keputusan levelnya "hikmah kebijaksanaan"," kata Miftah kepada RIAUONLINE.CO.ID, Kamis, 26 Juli 2018.

Miftah menjelaskan, SBY dan Prabowo itu teman seangkatan di Akabri (kini Akmil), sama-sama masuk tahun 1970.

Bedanya, SBY lulus tahun 1973, disusul Prabowo setahun kemudian.

"Kalau mereka berdua kuliah di UI ITB or UGM mereka akan disebut teman seangkatan. Masuknya sama-sama tahun 1970 di Akademi Militer Magelang," jelasnya.



Bakal Calon Anggota DPR dari Daerah Pemilihan Riau 1, meliputi Kota Pekanbaru, Dumai, Kabupaten Siak, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Rokan Hulu dan Rokan Hilir ini, menjelaskan, jika dihitung tahun mereka berteman, sejak 1970 hingga 2018, sudah 48 tahun usia pertemanan mereka.

Dua-duanya sudah saling mengenal karakter luar dalam. Kelebihan dan kekurangan diri masing masing.

"Ketika mereka awal berteman sesama kadet dulu, mungkin mereka tak pernah membayangkan akan sampai ke titik hari ini. Duduk berdua. Menentukan arah dan kelokan sejarah Republik," ungkap praktisi industri digital Indonesia tersebut.

Tokoh dibalik awal-awal Bukalapak berdiri ini mengatakan, tak selamanya politik ini tentang kepentingan.

Namun, bisa juga menjadi kisah persahabatan. Memang ada pameo tiada teman abadi dalam politik, yang ada hanya kepentingan abadi.

"Tapi saya berfikir dalam politik kita juga bisa menemukan teman sejati. Kesimpulan itu tidak bisa ditarik oleh hubungan setahun dua tahun saja. Perlu puluhan tahun, dan baru bisa dilihat setelah orang itu pergi ke keabadian," jelasnya.

Miftah mengatakan, seberapa banyak dalam hidup mereka, mereka lebih banyak mengalahkan kepentingan pribadi demi untuk kepentingan bangsa dan negara.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id