Berkunjung ke Tugu Khatulistiwa dengan Cerita Hari Tanpa Bayangan

Tugu-lama-Asli-garis-khatulistiwa.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)

RIAU ONLINE, PONTIANAK - Mengingat kembali pelajaran penting geografi dunia yang mesti diketahui setiap orang di tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, yakni, dalam pelajaran geografi. Salah satu sejarah geografi yang mesti diketahui adalah titik kulminasi bumi (garis nol bumi), yang ada di salah satu kota di Indonesia dan bisa ditemukan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Tidak lengkap rasanya jika sudah sampai di Kota Pontianak, tidak mampir ke Tugu Khatulistiwa Pontianak, yang merupakan monumen yang sangat istimewa. Sebab, Tugu Khatulistiwa Pontianak adalah tugu yang menandakan perlintasan garis khatulistiwa.

Kenapa istimewa? Hanya ada 12 negara di dunia yang dilintasi garis pemisah bumi utara dan selatan tersebut, dan hanya Kota Pontianak sebagai kota yang persis dilewati oleh garis tersebut.

Tugu Khatulistiwa terletak di Jalan Khatulistiwa, Pontianak, Kalimantan Barat. Inilah garis lintang nol derajat bumi, garis yang tepat membelah bumi bagian selatan dan bagian utara. Tugu Khatulistiwa yang asli, berukuran lebih kecil, terdapat di dalam komplek bangunan Tugu Khatulistiwa

Tugu yang sudah berumur 90 tahun ini merupakan tugu yang dibuat oleh pemerintah belanda. Awalnya tugu ini berbentuk sangat sederhana, dan kemudian dilakukan beberapa penyempurnaan hingga seperti tugu sekarang ini.

Menuju tempat wisata ikon Pontianak ini dapat ditempuh dengan perjalan menggunakan sepeda motor selama 20 menit dari jantung kota Pontianak. Tidak sulit menempuh perjalanan ke tempat ini. Berangkat pukul 07.00 WIB, dari jantung Kota Pontianak, akan sampai 20 menit kemudian dalam perjalanan yang tentunya juga melintasi jembatan Kapuas pertama yang dibangun semasa pemerintahan Presiden Soeharto.

Sampai di tujuan, maka akan dijumpai parkiran tanah yang sudah dibatasi dengan perencanaan pembangunan pengembangan tugu yang menurut warga Pontianak masih menunggu pengembangan selanjutnya untuk membangun kawasan Tugu Khatulistiwa lebih besar dan tertata.

Berjalan sedikit ke dalam, Anda akan disambut sebuah menara berbentuk lingkar hampir mirip kincir angin, dengan lintasan panah yang membelah lingkaran bumi dan menunjukkan garis equator.

Dan sekitar tugu terdapat taman yang juga bangunan dengan pohon-pohon kayu, dan sekitarnya. Dimana tugu ini juga tidak jauh berbatasan dengan Sungai Kapuas yang juga memiliki wisata susur sungai egitu menarik dengan pemandangan kesibukan Sungai Kapuas dan kapal-kapal wisatanya.

Banyak wisatawan datang ke Pontianak mengunjungi tugu ini untuk menyaksikan fenomena alam Hari Tanpa Bayangan, yang terjadi dua kali dalam satu tahun, tepatnya 21 Maret dan 23 September setiap tahunnya.

Pontianak adalah tempat terbaik menikmati Hari Tanpa Bayangan, karena matahari tegak lurus di atas. Banyak wisatawan akan berkumpul di Tugu Khatulistiwa untuk menikmati momen ini.

Dalam catatan di museum tugu tersebut disebutkan, bahwa berdasarkan catatan yang diperoleh pada tahun 1941 dari V. en. W oleh Opzichter Wiese dikutip dari Bijdragen tot de geographie dari Chef Van den topographischen dienst in Nederlandsch- Indië : Den 31 sten Maart 1928 telah datang di Pontianak satu ekspedisi Internasional yang dipimpin oleh seorang ahli geografi berkebangsaan Belanda untuk menentukan titik/tonggak garis equator di kota Pontianak.



Miniatur Tugu Khatulistiwa yang terletak di dalam gedung, tepatnya di tengah Gedung Khatulistiwa (RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)

Kasnawi, seorang pemandu yang bertugas dari Dinas Pariwisata, Sabtu, 14 April 2018 pagi itu, Pemerintah Kota Pontianak memaparkan, bahwa tugu yang sudah berdiri sejak tahun 1928 dan telah dilakukan pemugaran beberapa kali yakni, tugu pertama dibangun tahun 1928 berbentuk tonggak dengan anak panah, dan tahun 1930 disempurnakan, hingga berbentuk tonggak dengan lingkarang dan anak panah.

Tahun 1938 dibangun kembali dengan penyempurnaan oleh opzicter/architech Silaban. Tugu asli tersebut dapat dilihat pada bagian dalam. Tahun 1990, kembali Tugu Khatulistiwa tersebut direnovasi dengan pembuatan kubah untuk melindungi tugu asli serta pembuatan duplikat tugu dengan ukuran lima kali lebih besar dari tugu yang aslinya. Peresmiannya dilakukan pada 21 September 1991.

Bangunan tugu terdiri dari 4 buah tonggak kayu belian (kayu besi), masing-masing berdiameter 0,30 meter, dengan ketinggian tonggak bagian depan sebanyak dua buah setinggi 3,05 meter dan tonggak bagian belakang tempat lingkaran serta anak panah penunjuk arah setinggi 4,40 meter.

Diameter lingkaran yang di tengahnya terdapat tulisan EVENAAR (bahasa Belanda yang berarti Equator) sepanjang 2,11 meter. Panjang penunjuk arah 2,15 meter. Tulisan plat di bawah anak panah tertera 109o 20' OLvGr menunjukkan letak berdirinya tugu khatulistiwa pada garis Bujur Timur.

Sementara, ujar Kasnawi lagi, Maret 2005, Tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan koreksi untuk menentukan lokasi titik nol garis khatulistiwa di Kota Pontianak. Koreksi dilakukan dengan menggunakan gabungan metode terestrial dan ekstraterestrial yaitu menggunakan global positioning system dan stake-out titik nol garis khatulistiwa dikoreksi.

Maka ternyata, jika melihat lebih dekat di lokasi, hasil koreksi titik nol yang telah dilakukan lebih dekat ke arah Sungai Kapuas, dan di lapangan telihat tepat berhadapan dengan garis tugu sejarah, awal titik nol garis bumi tersebut, tampak sudah dibuat lingkaran dengan semen lantai hitam, namun dalam tahap pengembangan pembangunan kedepannya.

Titik KulminasiLokasi Titik Kulminasi yang sudah dikoreksi kembali yang sejajar letaknya dari tugu asli (RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)

Ada beberapa hal yang perlu Anda ingat jika datang ke tugu yang unik ini, untuk 23 September 2018 mendatang, yakni garis khatulistiwa akan kembali membentang melingkar di tengah-tengah dan membelah bumi menjadi dua belahan yang sama, Belahan Utara dan Belahan Selatan. Belahan ini akan melewati beberapa kota di Provinsi Kalimantan Barat, yakni Sekadau, Nanga Dedai, dan beberapa provinsi di Indonesia, yakni, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku dan Papua. Selain itu garis khatulistiwa tersebut melintasi lima negara di benua Afrika, yakni Gabon, Zaire, Uganda, Kenya dan Somalia. Sedangkan di Amerika Latin garis khatulistiwa melintasi empat negara, yakni Equator, Peru, Colombia dan Brazil.

Namun perlu dingat juga, bahwa Hari Kuliminasi atau disebut juga dengan Ekinoks Matahari adalah hari ketika matahari tepat di wilayah khatulistiwa, merupakan akibat dari gerak semu matahari, dimana seolah-olah matahari bergerak sepanjang tahun terhadap bumi dari arah utara menuju selatan. Gerak semun ini menyebabkan terjadinya empat musim di bumi, gugur, dingin,semi dan panas. Akibat Ekinoks Matahari, pada saat terjadi Ekinoks lama waktu antara siang dan malam sama (12 jam) di seluruh permukaan bumi.

Bagi warga yang tinggal di khatulistiwa untuk siang dan malam sama lamanya. Tetapi berbeda seperti Australia pada saat bersamaan, mereka akan merasakan siang yang lebih lama. Sedangkan saat ekinoks orang yang tinggal di utara dan selatan merasakan rentang waktu siang dan malam yang sama.

Nikmati Hari Tanpa Bayangan

Untuk tahun ini, setelah 21 Maret yang lalu, ekinoks ini telah berlalu, maka untuk para wisatawan dalam negeri dan luar negeri atau para pelancong yang merencanakan perjalanannya ke Pontianak, jangan lupa jika mengunjungi ikon Pontianak ini dan bagilah pengalaman 23 September yang akan datang dengan Hari Tanpa Bayangan dengan tidak lupa membawa telur ayam.

Penting banget lho, membuktikan pelajaran yang telah anda dapat tentang besarnya gravitasi bumi di titik nol bumi. Sebab, banyak orang yang akan mencoba fenomena unik, yaitu telur ayam yang tegak berdiri saat kulminasi matahari.

Kalau bawa telur ayam, kamu bisa coba sendiri daripada menonton orang lain. Hati-hati bawa telur ayamnya, masukan dalam kantung atau wadah supaya tidak pecah.(im)

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id