Kajian Muslimat untuk mencegah Valentine Day yang digelar Divisi kajian Muslimat Islamic Center Attabrani Pekanbaru di Islamic Center Attabrani, Sabtu, 11 Februari 2018.
(ISTIMEWA)
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Divisi kajian Muslimat Islamic Center Attabrani Pekanbaru mengadakan kajian khusus untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya perayaan Valentine Day, dimana para remaja sangat mengharapkan bukti cinta dan kasih sayang dari pasangannya yang belum sah hingga terjerembab ke jurang kemaksiatan dan perzinaan yang sudah jelas sangat bertolak belakang dengan syariat Islam.
Acara yang diadakan di Masjid At Tabrani Pekanbaru pada hari Sabtu 11 Februari 2017 pada pukul 15.00 – 17.00 dengan menghadirkan Ustaz, tokoh sejarah dan pendidikan itu mengulas tentang sejarah terjadinya Valentine Day, sikap orang tua menghadapi anak di usia remaja, dan mengontrol diri menghadapi cinta yang belum halal
Wakil Sekjen MUI Pusat, Ustaz Tengku Zulkarnain yang juga merupakan tokoh undangan mengutarakan sejarah terjadinya Valentine Day yang mana Valentine berasal dari nama seorang pendeta nasrani yang memberikan izin kepada remaja-remaja yang tidak mendapat restu dari orang tua dan menikahkan mereka. Hingga pada suatu hari sang pendeta dibunuh bertepatan pada 14 Ferbruari. Peristiwa itu kemudian menjadi awal dari hari yang dianggap bersejarah bagi mereka yang mengidolakan sang pendeta dengan memperingati hari pembela kasih sayang dan menyebutnya Valentine Day. Jadi, Ustaz Tengku Zulkarnain mengingatkan remaja Muslim untuk mengetahui sejarahnya di balik perayaan itu.
"Jangan hanya ikut-ikutan tanpa tahu asal muasalnya. Dalam Islam tidak ada perayaan hari tersebut yang dianggap hari kasih sayang. Cinta ada setelah akad dalam pernikahan bukan hanya sekedar cokelat hingga melanggar syariat," katanya.
Remaja muslim, kata dia, harus tahu bagaimana menempatkan cinta dan mengekspresikannya, tidak mengumbar-umbarnya di media sosial, terutama bagi seorang Muslimah tidak sepantasnya mengekspresikannya di khalayak umum karena wanita Muslimah mempunyai izzah dan rasa malu.
"Cinta itu fitrah dan setiap orang berhak mendapatkannya, tapi kalau belum waktunya sabarlah dan perbanyaklah berdoa kepada Allah SWT sang pemilik cinta, tambatkan hati kepada sang Khalik sampai tiba masanya cinta hakiki tiba dengan adanya akad yang sah lagi halal, bukan hanya mengespresikan cinta dengan kata rayuan gombal yang membuat hati melayang-layang dan kadang terjerumus kepada kemaksiatan dan bahkan mengatasnamakan ‘’PACARAN ISLAMI’. Bila sudah masanya cinta ada dalam ikatan perkawinan yang sah cinta akan dirasa lebih indah karna ada berkah di dalamnya Insya Allah. Cinta bukan hanya sekedar untuk bersenang-senang tanpa ada ikatan dan hanya sekedar pemberian cokelat, bunga dan boneka," demikian disampaikan oleh nara sumber kedua, Ustazah Wiwin Oktasari.
Menurutnya, remaja harus menempatkan dan memantaskan diri karena wanita dan laki-laki yang baik akan mendapatkan pasangan yang baik-baik pula dan juga begitu sebaliknya.
Pemateri kajian yang merupakan salah satu Pembina yayasan Attabrani Islamic Center Pekanbaru, Susiana Binti Tabrani menjelaskan hadirin, terutama di kalangan ibu-ibu agar hendaknya sebagai orang tua mengenalkan cinta yang sesungguhnya kepada anak, dan bila anak jatuh cinta dinikahkan atau dibiarkan. Terutama jika anak masih berada dibangku sekolah atau kuliah. Itulah pertanyaan yang selalu ada dibenak orangtua.
"Dan bila saatnya anak sudah baligh seorang anak harus bertanggungjawab pada dirinya sendiri, karena apapun yang dilakukan akan menjadi pahala dan dosanya sendiri. Dan sebagai orangtua bila anak sudah ingin beranjak ke jenjang pernikahan seyogyanya mendukung dan tidak menghalangi karena sebagian masyarakat mempunyai mindset kalau ingin menikah harus siap dalam segala hal terutama hal financial. Padahal menikah adalah salah satu ibadah yang harusnya kita motivasi karena ada Allah tempat bersandar dan berdoa yang akan mempermudah segalanya," jelasnya memotivasi para ibu agar tidak takut untuk menikahkan anaknya di usia muda sehingga terhindar dari perbuatan zina tetapi meraih pahala bersama pasangan yang sah.
Dengan kajian ini, dia berharap, remaja sadar dan paham bahwa memperingati Valentine Day yang biasanya akan dirayakan beberapa hari lagi itu. "Itu tidak ada dalam syariat bahkan menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan pasangan yang bukan, kadang terjerumus ke dalam kemaksiatan sebagaimna kita ketahui bahwa zina adalah perbuatan yang keji," katanya.
Kajian tersebut dihadiri oleh 419 orang peserta yang terdiri dari berbagai sekolah, majlis taklim, organisasi dan masyarakat Pekanbaru dan sekitarnya. Setelah penyampaian materi selesai acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan ditutup menjelang waktu Maghrib tiba.
Pada akhirnya kegiatan kajian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada remaja tentang adanya fenomena perayaan Valentine Day yang sungguh tidak pantas dirayakan oleh remaja muslim dan kembali semangat memposisikan diri sebagai remaja muslim sejati yang menjunjung tinggi kalimat tauhid dan menjalankan seluruh perintah Allah.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online
Follow Instagram riauonline.co.id