(BOOMBASTIS.COM)
Jumat, 17 Februari 2017 14:10 WIB
Editor: Yola Ristania Vidiani
(BOOMBASTIS.COM)
RIAU ONLINE - Gus Dur, demikian panggilan akrab KH Abdurrahman Wahid, sang mantan Presiden RI keempat. Gus Dur dikenal sebagai sosok yang jago mengulas teori, serta ideologi lain, seperti kapitalis dan komunis. Tulisannya berserak di berbagai media. Gus Dur muda memang dikenal sebagai kolumnis produktif.
Ada sebuah cerita menarik yang dikisahkan Goenawan Mohammad, pendiri Majalah Tempo. Kala itu, Gus Dur kerap menyumbangkan tulisannya ke Majalah Tempo. Goenawan masih ingat, Gus Dur kerap menulis di kantor Tempo yang lama, di bilangan Senen, Jakarta Pusat.
Bahkan, pihak Tempo menyediakan meja yang dilengkapi mesin tik khusus untuk Gus Dur. Menurut Goenawan, tidak ada yang boleh mengganggunya. Setiap kali datang, Gus Dur selalu menuju meja itu. Duduk, langsung hanyut dalam tulisannya. Jika sudah rampung, ia akan membawa hasil ketikannya.
Goenawan mengatakan, Gus Dur selalu meminta honor setelah hasil ketikannya ia serahkan. Padahal, tulisannya belum dimuat. "Jadi, tulisan belum dimuat, Gus Dur sudah mengijon honornya," kata Goenawan, dilansir dari Boombastis, Jumat, 17 Februari 2017.
Baca Juga: Bung Karno Minta Dikafani Pakai Bendera Muhammadiyah
Cerita menarik lainnya juga dikisahkan oleh sang sahabat Gus Dur, KH Mustofa Bisri atau dikenal dengan KH Gus Mus. Gus Mus sangat dekat dengan Gus Dur. Tidak hanya karena masih terikat kekerabatan, tapi Gus Mus dan Gus Dur pernah kuliah bersama di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Bahkan di sana, mereka tinggal di satu kontrakan.
Gus Mus bercerita, sepanjang hidup Gus Dur tidak pernah punya dompet. Bahkan, saat ia jadi tokoh. Menurutnya, Gus Dur tidak pernah menyimpan uang di dompet. Bahkan jika ada yang meminta atau meminjam, Gus Dur dengan gampang memberikan semua uangnya.
“Gus Dur itu enggak pernah punya dompet. Saya walau sudah dipanggil Almukarom masih punya dompet dua. Satu dompet untuk menyimpan rupiah, satunya lagi menyimpan dolar. Nah, Gus Dur ini enggak punya dompet. Waktu dia di di RSCM, dia ngutang. Nangis aku mengetahui itu,” kata Gus Mus mengenang.
Gus Mus mengenal Gus Dur sebagai sosok yang sangat dermawan. "Misalnya, kalau dapat honor sebagai pembicara, uangnya cepat habis. Entah diberi ke orang, atau untuk ngutangi orang," ungkapnya.
Karena kedermawanannya, kata Gus Mus, Gus Dur tidak pernah menyimpan uang di dompet.
Klik Juga: Ketika Soeharto Menolak Jadi Pejabat Presiden
Cerita serupa juga diungkapkan oleh Jenderal Purnawirawan TNI Luhut Binsar Pandjaitan. Saat itu, Luhut masih menjadi Duta Besar di Singapura di Era Presiden BJ Habibie. Luhut mengundang Gus Dur untuk jadi pembicara di sebuah pertemuan yang dihadiri para pengusaha. Usai jadi pembicara, saat pulang, ia 'menyangoni' Gus Dur, amplop berisi uang sebagai honor pembicara.
Luhut yakin bahwa uang itu tidak akan lama di tangan Gus Dur. Sebab, ia sudah kerap mendengar kebiasaan Gus Dur yang gampang memberikan uang kepada siapa saja yang meminta bantuannya. Benar saja, saat amplop diterima, Gus Dur langsung memberikan ke orang yang menyertainya.
“Jadi Gus Dur itu tak pernah pegang uang,” kata Luhut, saat menceritakan mendiang Gus Dur di sebuah acara memperingati wafatnya cucu pendiri NU itu, di Jakarta.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline