RIAU ONLINE - Rahman El Yunusiyyah, sebuah nama yang terdengar sangat asing oleh orang Indonesia. Ia adalah seorang wanita yang berjuang khususnya bagi wanita Indonesia. Meski namanya tak terkenal seperti Kartini, Rahman El Yunusiyyah ingin semua wanita di Indonesia mendapatkan kesempatan yang sama.
Semasa hidupnya, Rahman El Yunusiyyah tidak pernah berhenti belajar, membaca banyak hal dan berguru ke banyak tokoh hingga tingkat keilmuannya meningkat.
Tak mengecap bangku pendidikan formal tidak membuat Rahman El Yunusiyyah putus asa. Dari sang ayah, ia belajar membaca aksara arab hingga latin. Sepeninggal sang ayah, ia terus belajar membaca dan banyak hal dari kedua kakaknya. Kemudian, ia semakin haus akan ilmu-ilmu yang baru.
Baca Juga: Misteri 71 Nisan Tanpa Nama, Korban Kebrutalan Tentara Belanda
Dilansir dari BOOMBASTIS.COM, Rahman El Yunussiyah juga belajar agama dari beberapa ulama besar di Sumatera Barat. Dia pernah mengaji di tempat Haji Ambul Karim Abdullah yang merupakan ayah dari Buya Hamka. Ia menjadi murid pertama ayah Buya Hamka hingga sangat dibanggakan sang guru karena kemampuannya.
Bagi wanita kelahiran 29 Desember 1900 di Nagari Bukit Surungan, Padangpanjang, Sumatera Barat itu, wanita tidak harus berakhir dengan pekerjaan rumah tangga. Dia beranggapan wanita harus bisa melakukan banyak hal yang dilakukan oleh kaum pria. Menurutnya, wanita terpelajar tidak akan kehilangan fungsinya ketika berkeluarga, justru akan membantu keluarga dan mendidik anak-anak menjadi lebih cerdas.
Mengetahui banyak wanita tidak bisa mendapatkan haknya secara sempurna. Wanita Minang ini menggugat melalui caranya sendiri dengan mendirikan sebuah sekolah khusus wanita pertama di Indonesia. Sekolah yang diberi nama Diniyah Putri itu menampung semua wanita yang ingin belajar banyak hal, mulai dari agama hingga keterampilan lain untuk menunjang masa depannya menjadi lebih baik.
Klik Juga: Benarkah Kerajaan Tertua di Indonesia Berada di Kabupaten Kuansing, Riau
Saat Indonesia merdeka, Merah Putih juga dikibarkan di sekolah tersebut. Aksi pemberaninya itu membuat Rahman El Yunusiyyah mendekam di penjara Belanda dan dibebaskan setelah kedaulatan negeri ini diakui pada 1949.
Rahman El Yunusiyyah tidak mengharapkan apapun dari perjuangannya. Dia hanya ingin membuat wanita disekitarnya bisa sepertinya. Sekolah Diniyah Putri yang didirikannya semata-mata hanya untuk membuat wanita menjadi makhluk yang lebih baik dan berguna bagi banyak banyak orang di sekitarnya.
Hebatnya, Diniyah Putri yang didirikannya telah menginspirasi imam dari Al-Azhar Mesir untuk mengikuti jejaknya mendirikan sekolah khusus putri.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline