RIAU ONLINE - Kelompok Al Qaidah yang kian melemah sejak diserang pesawat tak berawak milik CIA, kini bergerak ke Suriah dan berencana membangun emirat di sana, menurut informasi dari pejabat senior AS dan badan intelijen Eropa. Bahkan, disebut-sebut, Al Qaedah diam-diam telah mengirim puluhan militan senior mereka k Suriah.
Gerakan jihadis senior Al Qaidah menuju Suriah semakin memperlihatkan betapa pentingnya Suriah untuk organisasi teroris itu. Kedatangan Al Qaidah ke Suriah kemungkinan besar akan menjadi ancaman bagi ISIS.
Dikutip dari New York Times, Minggu (15/4/2016), Al Qaidah telah memerintahkan beberapa pejabatnya untuk memulai proses pembangunan markas alternatif di Suriah sebagai landasan untuk mendirikan sebuah emirat melalui Front Nusra dan menyaingi ISIS.
BACA JUGA: Benarkah Bin Laden Muda di Persiapkan Sebagai Pemimpin Al Qaeda?
Langkah ini akan menjadi perubahan yang signifikan untuk Al Qaidah dan Afiliasinya yang pernah menolak mendirikan sebuah emirat atau negara formal yang berdaulat hingga kondisi dilapangan dianggap suadah siap.
Al Qaidah telah pindah dan keluar dari Suriah selama bertahun-tahun. Kini, Al Qaidah berada di bawah kepemimpinan Ayman al-Zawahri di Pakistan. Ayman al-Zawahri pada 2013 pernah mengirim para militan seniornya untuk membina Front Nusra. Setahun kemudian, Zawahri mengirim jaringan Al Qaidah yang disebut Khorasan dan dianggap telah merencanakan serangan terhadap Barat.
Menurut para pengamat Barat, kehadiran Al Qaidah di Sruiah akan membuka kesempatan yang sangat berharga dan mempermudah perekrutan dan logistik dukungan dari pejuang Irak, Turki, Yodania dan Lebanon.
KLIK JUGA: Putra Osama bin Laden Desak Jihadis Suriah Bersatu Bebaskan Palestina
"Kombinasri dari emirat Al Qaidah dan kepemimpinan pusat Al Qaidah di utara Suriah akan meningkatkan kepercayaan diri kelompok ini di tingkat global," kata Charles Lister, pengamat senior di Middle East Institute, dalam tulisannya dalam situs Foreign Policy.
Al Qaidah dan ISIS memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu menciptakan negara Islam, tetapi Lister beranggapan bahwa mereka menggunakan taktik yang berbeda. ISIS bergerak cepat dengan interpretasi Islam yang ekstrem dan menyimpang di wilayah kekuasaan mereka di Irak dan Suriah, kemudian menyatakan kemerdekaannya.
Sedangkan Front Nusra, harus bersusah payah membangun pengaruh di wilayah kekusaan mereka dan membentuk aliansi dengan kelompok pemberontak lainnya yang menentang pemerintahan presiden Bashar al-Assad.
LIHAT JUGA: Pimpinan ISIS di Irak Tewas dalam Serangan Udara AS
Belum jelas kapan Al Qaidah akan membangun keemiran di Suriah, namun langkah ini kemungkinan besar akan ditentang kelompok-kelompok oposisi Islam Suriah yang lebih moderat. Keemiran berbeda dengan negara Islam yang diklaim ISIS. Emirat yang mereka bentuk tidak akan membuat mereka mengklaim menjadi pemimpin Muslim di seluruh dunia, seperti yang dilakukan ISIS.
Pengamat intelijen AS memperkirakan, saat ini ISIS beranggotakan antara 19.000 dan 25.000 pejuang yang dibagi di Irak dan Suriah. Sementara Front Nusra hanya sekitar 5.000 hingga 10.000 pejuang dan semuanya berada di Suriah.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline