RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kunci kesuksesan Bank Riaukepri bisa eksis di tengah perlambatan ekonomi tahun 2015 lalu, ternyata pada penerapan aspek kehati-hatian (prudent) dan perencanaan yang matang (Well Planned).
Hasilnya, hingga 31 Maret 2016, Bank Riaukepri sudah membukukan laba kotor (Gross) Rp 106 miliar. Pencapaian ini, kata Direktur Utama Bank Riaukepri, Irvandi Gustari, tercantum dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) 2016.
"Bahkan, hari ini, Rabu, 6 April 2016, Bank Riaukepri sudah meraup laba Rp 127,229 miliar. Coba bandingkan dengan perolehan 31 Maret 2016 lalu, Rp 106 miliar," kata Irvandi saat bincang-bincang khusus dengan RIAUONLINE.CO.ID, Rabu, 6 April 2016, tentang kinerja Triwulan I 2016 Bank Riaukepri.
Baca Juga: Dihantam Krisis, Bank Riaukepri Lebih Baik dari Bank DKI dan BJB
Irvandi menjelaskan, selama dua hari, 4-6 April 2016, seluruh pimpinan cabang dihadirkan untuk melihat sejauh mana kinerja mereka ini selama tiga bulan pertama. Rapat Evaluasi Kinerja ini, selain membahas kinerja, juga langkah-langkah perbaikan.
Antara lain, jelas anak mantan Wali Kota Pekanbaru Periode 1981-1986, Ibrahim Arsjad, peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) non-Pemda, percepatan pertumbuhan kredit UMKM, pembenahan kinerja kantor cabang mengacu pada budaya kerja produktif dan kompetensi.
Tak hanya itu, Irvandi juga menggenjot peningkatan penerapan GCG dan transparansi serta penyelesaian kredit macet yang terjadi sejak 3-4 tahun lalu di kantor-kantor cabang tertentu.
Sebelumnya, Irvandi tak sungkan mengakui bank dipimpinnya mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Laba 2015 silam Rp 418 miliar dari 690 miliar.
Namun, tuturnya, patut dibanggakan di tengah situasi krisis ekonomi global, kondisi eksternal serta tiga bulan asap menutupi langit bumi Lancang Kuning tahun lalu, Bank Riaukepri lebih baik dibandingkan Bank Pembangunan Daerah (BPD) lainnya di Indonesia.
Klik Juga: Pro Lingkungan, Bank Riau Kepri Berhenti Biayai Industri Kehutanan dan Perkebunan
Ia menjelaskan, jika dibandingkan antara kinerja Bank Riaukepri dengan Bank DKI Jakarta dan Bank Jabar Banten (BJB), maka bank daerah ini lebih baik.
Per 31 Desember 2015, tuturnya, Rasio Keuangan dimana Nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) 20,78 persen, Return on Asset (ROA) 1,69 persen, Return on Equity (ROE) 16,9 persen, Net Interest Margin (NIM) 6,08 persen, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 83,86 persen, Non Performing Loan (NPL) Gross 4,12 persen dan NPL Net 0,23 persen.
"Apabila dibandingkan dengan Bank DKI per 31 Desember 2015 yang telah diaudit, CAR 24,53 persen, ROA 0,89 persen, ROE 6,11 persen, NIM 6,61 persen, BOPO 90,99 persen, NPL Gross 7.69 persen dan NPL Net 4.23 persen," jelas Irvandi.
Ia kemudian membandingkan dengan Rasio Keuangan BJB, CAR 15,85 persen, ROA 2,04 persen, ROE 23,10 persen, NIM 6,32 persen, BOPO 83,31 persen, NPL Gross 2,91 persen dan NPL Net 0,86 persen," tuturnya.
"Bank Kaltim, sama-sama dengan Riau dengan DBH Migasnya, CAR 20,12 persen, ROA 1,56 persen, ROE 10,35 persen, NIM 6,03 persen, BOPO 85,30 persen, NPL Gross 10,35 persen, NPL Net 1,64 persen," katanya.
Lihat Juga: Kepala OJK Riau Ingatkan Bank Riaukepri tak Manja dengan Dana Pemda
Irvandi juga membandingkannya dengan bank daerah di Sumatera, Bank Sumut. Bank Sumut, jelasnya, CAR dimiliki 14,41 persen, ROA 2,31 persen, ROE 23,90 persen, NIM 7,26 persen, BOPO 82,16 persen, NPL Gross 5,00 persen, dan NPL Net 1,54 persen.
"Bank Nagari, CAR 18,26, ROA 2,28 persen, ROE 20,47 persen, NIM 6,94 persen, BOPO 81,75 persen, NPL Gross 2,74 persen dan NPL Net 1,90 persen," pungkasnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline