RIAU ONLINE, PEKANBARU - Konselor anak yang menangani kasus eksploitasi anak di Rumbai berinisial SA (8) mengatakan, korban kini tengah berada dalam pembinaan dan pemulihan dari tekanan psikologi yang ia alamai dari ibunya.
Konselor yang berasal dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Pekanbaru, Herlia Santi mengatakan pemulihan dilakukan di shelter Dinas Sosial Kota Pekanbaru yang berada di Kecamatan Marpoyan Damai. Masih belum tahu hingga kapan pemulihan akan dilakukan.
"Mereka ada empat bersaudara yang dilakukan pemulihan dan pembinaan disana. Yang paling tua itu B (16), NAB (10), SA (8) dan terakhir I (5) yang kesemuanya merupakan korban eksploitasi dari ibunya, Emi," ujar Santi yang melakukan pendampingan ketika ditemui RIAUONLINE.CO.ID, Selasa (5/4/2016). (BACA: 29 Napi Ikut Ujian Nasional di Lapas Pekanbaru)
Selain 4 bersaudara tersebut, Santi menuturkan ternyata ada anak lain yang tinggal bersama mereka yang bukan saudara kandung mereka. Inisialnya R (12) yang menurut NAB adalah temannya yang ditemukan di belakang Mesjid An-Nur, Pekanbaru.
"Yang satu lagi ini juga kita bina dan ditempatkan dalam satu tempat yang sama. Kita akan mencari tahu dimana posisi keluarganya sekarang karena bagaimana mungkin anak seusianya sudah tak bersama keluarganya lagi," urai Santi. (LIHAT: Pakai Kaos 'Turn Back Crime', Pria Ini Ditangkap)
Untuk si R, biasanya menurut kesaksian dari si SA, ia hanya numpang tinggal saja tanpa diperintahkan mengemis seperti halnya dirinya dan saudaranya yang lain. Kegiatannya setiap hari SA hanya bermain PS saja.
Uang yang dikumpulkan oleh SA dan saudaranya yang lain setiap hari diserahkan kepada ibunya. Sementara setiap hari SA hanya diberikan uang sebesar Rp2 ribu.
"Kata SA, selain uangnya diserahkan pada ibunya, hasil mengemisnya juga diserahkan kepada abang-abangnya. Katanya itu di suruh oleh ibunya," tandas Santi.
Kasus eksploitasi SA dan saudaranya yang tinggal di Jalan Tirtonadi, Kelurahanan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai mulai terkuak usai guru SA, melaporkan SA yang tiap hari ngantuk dan tidur dalam kelas karena diperintahkan mengemis oleh orang tuanya.