PARA pembicara membahas dan mendiskusikan Deradikalisasi yang selalu memberikan stigma setiap teror terjadi diidentikan dengan Islam, Minggu, 27 Maret 2016, di Aula Universitas Muhammadiyah Riau (Umri).
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Stigma negatif setiap aksi teror yang terjadi di dunia, termasuk di Indonesia, selalu dikaitkan dengan Islam, menjadi bahasan diskusi yang hangat dibicarakan saat Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) menggelarnya, Minggu, 27 Maret 2016.
Stigma negatif tersebut, antara lain Muslimah berhijab syar'i, laki-laki berjenggot, celana jingkrang, dianggap sebagai terduga teroris. Sementara pelaku teror sendiri yang melakukan bom seperti di Belgia, tidak dianggap sebagai teroris karena pelakunya bukan beragama Islam.
“Sesungguhnya deradikalisasi adalah upaya propaganda barat untuk mengamputasi ajaran-ajaran Islam sehingga orang yang fanatik terhadap Islam dianggap sebagai terduga teroris yang wajib diwaspadai. Akibatnya banyak kita lihat sekarang terjadinya Islamphobia terhadap ajaran Islam itu sendiri," kata pembicara dalam diskusi tersebut, Kurnia Budiyanti, di Aula Universitas Muhammadiyah Riau (Umri).
Baca Juga: Menggigil Baca Status Korban Bom Belgia Ini di Facebook
Dosen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim II (UIN Suska) ini menjelaskan, deradikalisasi merupakan upaya Barat untuk mengamputasi ajaran-ajaran Islam. Ini terbukti dari pelaku teror atau aktivitas terorisme selalu dikaitkan dengan Islam mengatasnamakan jihad.
Dalam upaya mengkritisi deradikalisasi Islam, Riska Andayani, pembicara lainnya, menyampaikan deradikalisasi merupakan proyek yang berupaya menancapkan hegemoni Barat untuk menjejakan ide sekuleristik mereka. Propaganda ini membidik gerakan-gerakan Islam menginginkan tegaknya Syariah secara kaffah (totalitas).
“Deradikalisasi berusaha membidik gerakan-gerakan Islam menginginkan tegaknya Syariah secara kaffah (totalitas). Sehingga ini sangat berbahaya bagi umat karena menciptakan polarisasi berkehidupan masyarakat, berpotensi menyimpang, melahirkan tafsiran-tafsiran menyesatkan," tuturnya seperti rilis diterima RIAUONLINE.CO.ID.
Deradikalisasi, tuturnya, berarti Deislamisasi yang bermakna mengurangi pemahaman Islam secara total dari penganutnya. Sehingga Islam hanya dipahami sebagai sesuatu bersifat spiritual saja.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline