RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau Darmansyah mengatakan, Riau adalah salah satu daerah sentra produksi sagu dengan total produksi mencapai 246.000 ton per tahun. Pemerintah Provinsi Riau tengah mengupayakan komoditi sagu untuk diekspor ke luar negeri untuk meningkatkan ekspor bahan pangan.
"Pemprov tengah mengupayakan ekspor sagu keluar negeri untuk meningkatkan perekonomian dan menunjang produksi pangan. Selain Papua, Riau juga merupakan salah satu daerah sentra sagu," katanya, Senin (14/3/2016).
Menurut Darmansyah, sagu hanya ada di Riau dan di Papua. Daerah sentra produksi sagu di Riau berada di bagian pesisir. Kabupaten yang merupakan sentra yaitu Kepulauan Meranti, Bengkalis dan Indragiri Hilir. Permintaan sagu di dunia dinilai akan tinggi dan berpotensi dijual di wilayah Eropa dan Asia Timur.
Pemerintah akan bekerja sama dengan pihak Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk memasarkan makanan yang mengandung karbohidrat itu. (KLIK: Firdaus Janji 2017 Jalur Pekanbaru-Siak Via PT SIR Rampung)
Peningkatan ekspor sagu ke pasar dunia juga akan menutup rendahnya produksi padi di Riau. Tahun ini, 2.400 hektare lahan padi Riau dinyatakan puso atau gagal panen.
Darmansyah mengatakan hanya sedikit warga Riau yang mengkonsumsi sagu. Hal ini ditandai dengan rendahnya angka permintaan sagu dari provinsi asalnya itu.
Pemerintah akan menekan permintaan sagu di Riau sebagai langkah awal untuk memasarkan sagu di dunia. Pemerintah berupaya menjadikan sagu sebagai bahan makanan pokok bagi warga Riau. (BACA: Kejaksaan Terima SPDP Perusahaan Pembakar Lahan)
"Salah satunya dengan membuat program no rice days agar warga Riau mengkonsumsi sagu," katanya.
Saat ini, sagu kebanyakan di ekspor ke Sumatra Selatan, Sumatra Barat dan daerah lainnya. Sagu digunakan sebagai bahan makanan untuk pembuatan makanan khas Sumatra Bara seperti empek-empek dan lainnya.
Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri Riau mendukung program itu. Kadin meminta Pemprov Riau dapat merealisasikan program tersebut dengan menyusun langkah yang tepat, mengingat tingginya potensi permintaan pasar dunia.
"Sebaiknya pemerintah kabupaten dan provinsi bisa lebih baik melakukan proses ekspor dan promosi. Karena produksi sagu dan permintaan dari luar negeri sangat berpotensi," kata Wakil Ketua Kadin Riau Viator Butarbutar.
Di sisi lain, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Riau mengatakan permintaan sagu di Riau masih kecil karena sagu yang didistribusikan masih berbentuk sagu mentah yang belum diolah.
Ketua PHRI Riau Ondhi Sukmara meminta Pemprov Riau membentuk industri pengolahan sagu. Karena pengusaha kuliner memerlukan sagu dalam bentuk olahan agar lebih mudah dibentuk menjadi makanan jadi.
"Permintaan sagu masih kecil karena masih berbentuk sagu mentah yang belum diolah. Jika sudah diolah, bisa membuat bahan makanan lain, seperti brownis sagu, mi sagu dan lainnya," katanya saat dikonfirmasi.
Jika sagu diekspor dalam bentuk olahan, bukan tidak mungkin, lanjut Ondhi, sagu akan diminati oleh perusahaan ataupun pecinta kuliner di dunia. Hal itu juga akan mendukung program pariwisata yang juga digenjot oleh Pemprov Riau.