Ketiadaan Dialogis Picu Mahasiswa Jadi Radikal

Demo-Unri.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/SUCI AULYA)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Maraknya penyebaran paham radikalisme di Riau karena minimnya tradisi dialogis yang dibangun masyarakat. Inilah membuat warga menjadi saling menjauh dan mengklaim kebenaran ideologinya masing-masing.

 

"Masyarakat rentan terjangkit radikalisme itu adalah warga yang sangat minim melakukan tradisi dialog tentang keberagaman. Jika masyarakat sangat intens membangun dialog terbuka pada semua kepercayaan, tak akan lahir radikalisme di sini, khususnya Riau ini," ungkap mantan aktivis mahasiswa, Suryadi, dalam diskusi  yang digelar Kelompok Diskusi Batas Arus Pekanbaru, akhir pekan lalu. 

 

Kelompok ini menggelar diskusi dengan tema Radikalisme Versus Pluralisme Dewasa Ini. Diskusi tersebut menghadirkan seorang mantan aktivis mahasiswa, Suryadi, Direktur LBH Pers Pekanbaru.

 

(Baca Juga: Mahasiswa Patani Thailand Selatan Senang Belajar di Pekanbaru



 

Menurut mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Yogyakarta ini, maraknya organisasi-organisasi mahasiswa yang berideologi radikal dapat memicu terjadinya konfrontasi di Indonesia.

 

"Banyak hari ini sebenarnya mahasiswa pengikut radikalisme di Indonesia ini termasuk di Riau. Misalnya, organisasi yang memaksakan tegaknya khilafah di Indonesia dan memaksa dibubarkannya Pancasila dan Indonesia. Organisasi seperti mereka itu kan radikal dan sebenarnya berpotensi mengancam keberagaman di Indonesia," jelas Suryadi.

 

Tertutupnya tradisi diskusi di kampus, menurut Suryadi, menjadi alasan mengapa banyak sekali simpatisan dan anggota organisasi radikal berasal dari mahasiswa.

 

"Jika kita mau sadar, banyak sekali mahasiswa kita yang mengikuti organisasi radikal di Indonesia apalagi Riau. Padahal sangat berbahaya sekali keberadaan mereka ini bagi keutuhan NKRI," tandasnya.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline