RIAU ONLINE, JAKARTA - Buku Tradisi Memahami dan Menyikapi Tradisi Tuhan, yang ditinggalkan dokter Dyah Ayu Wulandari untuk ibunya, Eni Nurfaizal, 45 tahun, ternyata membuka banyak kegiatan dalam organisasi tersebut. Dyah pernah mengatakan, dengan membaca buku tersebut, ibunya akan mengetahui hakikat hidup sebenarnya. Setelah Dyah menghilang, Eni pun mencari tahu tentang organisasi yang diikuti anaknya .
“Dia memang meninggalkan buku ini buat saya. Sebelum anak saya hilang, saya hanya baca sekilas. Tapi kemudian saya cermati, bahkan saya bikin rangkumannya,” ucap Eni saat ditemui di kamp Gafatar, Jumat, 22 Januari 2016.
Saat berada di kamp penampungan eks anggota Gafatar, Eni bahkan menyempatkan diri untuk berbicara dengan beberapa penghuni penampungan. Beberapa dokter yang diketahui berada di lokasi tersebut bungkam ketika ditanya mengenai keberadaan anaknya. “Mereka mengaku tidak kenal,” ujar Eni seperti dilansir tempo.co. (Baca Juga: Gafatar Tumbuh Subur di Daerah, Begini Kata Menteri Tjahjo)
Kembali ke buku tersebut. Eni kemudian banyak tahu mengenai organisasi ini. Pengetahuannya juga didapat dari informasi Dyah, kegiatan Dyah yang diketahuinya, keterangan teman-teman dan sanak keluarga, hasil riset di Internet, serta buku-buku yang ditinggalkan Dyah. Eni merangkum beberapa temuan yang didapat dari kitab milik anaknya tersebut.
Menurut buku itu, untuk menjadi anggota Gafatar, yang disebut anggotanya merupakan organisasi sosial, harus melakukan ritual awal, yakni Sumpah Gafatar. Sumpah Gafatar yang terdapat dalam buku tersebut adalah mendudukkan Ahmad Moshaddeq sebagai mesias atau juru selamat. Ini mirip baiat anggota jemaah kepada imam.
Ahmad Moshaddeq atau Ahmad Musadeq alias Abdussalam pada 2006 mengaku sebagai nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Dia pula yang mendirikan gerakan Al-Qiyadah Al-Islamiyah.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline