Beginilah seusai bom meledak di dekat Pos Polisi Lalulintas di Jalan MH Thamrin, depan Sarinah, Kamis (14/1/2016) sekitar pukul 10.50 WIB.
(NETIZEN)
Penulis: Wilna Sari
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Tragedi Peledakan Pos Polisi Lalulintas di Jalan MH Thamrin-KH Wahid Hasyim, depan Sarinah, menjadi hal tak terlupakan bagi wartawan asal Pekanbaru ini, Gilang Helindro.
Jika tidak ada barang yang tertinggal di rumahnya, tentu ia akan terjebak dalam tembak-menembak antara polisi dengan kelompok bersenjata tersebut. (Baca Juga: Inilah Penyebab Aksi Teror Sarinah Gagal Seperti Direncanakan)
Padahal, ia telah membikin janji dengan narasumber untuk wawancara di sebuah kafe di kawasan pusat perbelanjaan Sarinah tersebut.
Sekitar pukul 10.50 WIB, terjadi ledakan diduga granat yang meluluhlantakan Pos Polantas, depan Sarinah. Tak hanya itu, berselang beberapa menit kemudian terdengar bunyi rentetan peluru.
"Rencana tadi mau liputan ke sana, tapi ternyata diserang. Perasaan juga sudah tidak enak sebelum berangkat, beruntung ada barang yang ketinggalan. Narasumber juga sudah membatalkan wawancara," ungkap Gilang, alumni Pers Mahasiswa LPM Gagasan, UIN Suska, Pekanbaru ini melalui sambungan telepon dengan RIAUONLINE.CO.ID. (Klik Juga: Pasca Peledakan di Sarinah, Lanud Pekanbaru Langsung Siaga I)
Meski tidak sempat melihat langsung kronologi kejadian, kondisinya saat ini masih tetap siaga. Sesampainya di lokasi, Gilang, mendapati warga sudah ramai dikawal anggota kepolisian dan satuan TNI Angkatan Darat.
"Setelah itu baru dipasang police line. Sekarang lokasi sudah disterilkan, hanya tinggal polisi dan fotografer di lapangan. Tidak ada lagi suara bom, tapi saya sempat mendengar tembakan lagi setelah itu. Kemudian saya langsung pergi dari sana," katanya.
Pantauannya, ia sempat melihat seorang pelaku dengan motor trail menggunakan senjata jenis AK47. "Mereka juga pakai granat dan AK47 nembak membabi buta. Posturnya sih mirip angkatan," katanya. (Klik Juga: Peledakan Sarinah, BIN dan Satuan Intelijen TNI/Polri Bobol)