Penulis: Wilna Sari
RIAUONLINE, PEKANBARU – Kondisi Indonesia sebagai negara berpenduduk paling banyak di kawasan Asia Tenggara bisa menjadi peluang sekaligus ancaman di tengah bergulirnya pasar bebas Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai 2016 ini.
Warga Pekanbaru Azrial menyampaikan pendapatnya lewat Radio RRI Pro1 Pekanbaru tentang sistem pasar bebas ASEAN yang telah berlaku ini.
“Masyarakat Indonesia termasuk di Riau bersifat konsumtif, dengan jumlah penduduk besar ini bisa menjadi peluang sekaligus ancaman bagi perekonomian dalam negeri,” katanya, Selasa (12/1/2016).
Peluang yang dapat diambil lewat momen ini kata dia, yaitu dengan menggalakkan kampanye cinta produk dalam negeri sehingga ekonomi domestik terus bergerak positif.
Sementara ancaman yang bisa terjadi yaitu meningkatnya belanja masyarakat lokal akan produk dari negara tetangga, karena lebih mementingkan prestise atau gengsi semata.
Wali Kota Pekanbaru Firdaus menanggapi pernyataan warganya tersebut bahwa ada yang benar dan ada juga yang salah. Menurut Firdaus penerapan MEA ibarat dua sisi mata uang.
“Semua ada sisi positif dan negatifnya. Kalau masyarakat siap, ini menjadi peluang. Tetapi kalau tidak, ini akan menjadi ancaman,” katanya.
Dia juga menilai mental bangsa Indonesia masih inlander, sangat menyukai apapun barang impor yang didatangkan dari luar negeri. Di mana sudah seharusnya mental ini dikikis habis setelah Indonesia merdeka lebih dari 70 tahun.
Pemkot Pekanbaru juga telah melakukan upaya untuk mendorong peningkatan kualitas pelaku usaha lokal skala UMKM seperti meningkatkan kualitas produk, kemasan, hingga memberikan beragam kemudahan untuk pembiayaan usaha tersebut.